All Chapters of Istri Palsu Presdir: Chapter 91 - Chapter 100

Ivy menggigit bibir. Rupanya celana dalamnya kini sudah basah sepenuhnya.Tubuhnya semakin menegang sekaligus bergetar. Rasa panas yang sudah mengendap di perut bawahnya kini meledak jadi gelombang keinginan yang sulit ditahan.Ethan tersenyum tipis, seolah sudah membaca seluruh reaksi tubuh wanitanya.Tanpa berkata apa pun, jemari panjangnya menyelip masuk melewati pinggang celana khaki Ivy.Ia menyentuh kain tipis yang sudah sangat basah, terutama di titik tengah, lalu jari telunjuk dan tengahnya menekan dengan tekanan yang menggoda, mengikuti garis lipatan sensitif Ivy.Sehingga wanita itu tersentak sambil menggigit bibir bawahnya sampai memerah, matanya membulat karena sensasi luar biasa asing dan menyenangkan menyerangnya sekaligus.“Hmm … basah sekali, Istriku.” Suara Ethan rendah dan penuh godaan, seperti sengaja ingin membuat Ivy semakin panas.Ivy tidak bisa menjawab, hanya mengerang pelan, tubuhnya melengkung tanpa sadar saat jari Ethan menemukan klitorisnya.Matanya terkunci

Tangan Ethan menangkap pergelangan Ivy dengan tegas, menghentikan gerakannya, dan tanpa memberi kesempatan untuk bereaksi, ia menunduk dengan cepat, matanya gelap penuh hasrat.Bibirnya mendarat di puncak payudara Ivy yang masih telanjang, dan dengan gerakan yang berhasrat, ia menggigit pelan putingnya, cukup kuat untuk membuat Ivy tersentak dan mengerang keras.“Ahh, Ethan!” desah Ivy, suaranya pecah dengan campuran keterkejutan dan kenikmatan, tubuhnya melengkung tanpa sadar ke arah Ethan.Gigitan itu tidak menyakitkan, tapi sensasinya begitu tajam, mengirimkan gelombang panas ke seluruh tubuhnya. Wajah Ivy memerah lebih dalam, matanya berkaca-kaca, dan bibirnya setengah terbuka saat ia mengerang lagi, “Mmmh …” suara yang lembut tapi penuh kebutuhan, seolah gigitan Ethan membangunkan sesuatu yang lebih liar di dalam dirinya.Ethan pun tidak berhenti di situ. Ia menjilat lembut area yang baru saja digigitnya, lidahnya menyapu puting Ivy dengan gerakan melingkar yang lambat dan sensu

Ditatapnya lekat Ivy yang sedang memalingkan wajah sambil menggigit bibir dan tangan mencengkeram seprei.Kening pria itu masih mengerut, namun ia memilih menurunkan tubuh lalu mendekati Ivy. Mengarahkan wajahnya ke tempat Ivy berpaling, kemudian berbisik lembut. “Apa sebaiknya kita berhenti untuk istirahat sebentar?”Ibu jarinya menekan pelan bibir bawah Ivy agar wanitanya itu berhenti menggigit bibir. “Nggh, tidak,” geleng Ivy, “lanjutkan saja. Aku tidak apa-apa.”Ivy mengalungkan kedua lengan di leher Ethan, seolah mencari perlindungan melalui dekapan hangat pria itu.Serta membiarkan Ethan mengecupi seluruh wajahnya dengan bertubi-tubi.“Aku akan memberikan yang terbaik, Istriku.” Berkata lembut seolah itu sebuah janji, Ethan mengecup kening sambil satu tangannya mengelus paha sampai ke pangkal paha Ivy dengan kedua kaki sang wanita yang masih bertumpu di bahunya.Panggul Ivy terangkat sempurna. Dengan begitu, tubuh pria itu menuruni jarak, hingga dada bidangnya menempel erat di

Ivy tidak menjawab, hanya menyembunyikan wajah di dada Ethan.Napasnya masih belum pulih, tapi detak jantungnya kembali meningkat hanya karena mendengar nada suara pria itu.Rupanya Ethan tidak memberi waktu. Ia menarik pelan tubuh Ivy ke tepi ranjang, memutar posisi wanita itu hingga setengah menunduk di pinggir kasur dengan kaki tetap menapak lantai.Pinggang Ivy digenggam erat dari belakang. Posisi itu membuat punggung wanita itu melengkung sempurna, terekspos di hadapan Ethan.“Aku tidak bisa mengambil jeda terlalu lama,” bisik Ethan sebelum menggigit lembut bahu Ivy.Napas Ivy langsung memburu. Perasaan yang sulit dijelaskan mengalir di dadanya, denyutan di antara kedua pahanya semakin kuat. Bahkan hanya suara Ethan berbisik di telinganya sudah membuatnya panas dingin menahan gairah.Ethan sengaja tidak memberitahu. Ia langsung mendorong masuk batangnya sekaligus, memanfaatkan tubuh Ivy yang masih basah dan panas dari ronde pertama.Begitu sepenuhnya berada di dalam, mata Ivy ter

Ivy menelan ludah. Awalnya, membayangkan seks pertamanya dengan Ethan saja sudah mustahil di pikirannya, apalagi kini mereka benar-benar akan melakukannya di hampir setiap sudut mansion.Namun, tidak mungkin juga Ethan bercanda.“Emm … jadi, kita akan ke mana?” tanya Ivy, setelah membiasakan diri dengan gesekan panas batang Ethan di perut bawahnya.Kejantanan pria itu sudah dikeluarkan dari dalam dirinya, setelah tadi sempat dihentak brutal saat berada di tangga, dan kini hanya terjepit di antara tubuh mereka karena posisi menggendong yang tidak berubah.“Dapur,” jawab Ethan singkat, jemarinya tetap mengelus punggung telanjang Ivy.Sentuhan itu membuat kulit Ivy seolah terbakar, tapi juga menenangkan.“Kau lapar?” tanya Ivy lagi, kali ini serius. Ia benar-benar ingin tahu, apakah pria itu bisa memikirkan makanan dalam keadaan seperti ini?Ethan terkekeh rendah. “Lapar. Aku selalu lapar.” Langkahnya sudah memasuki dapur. Lalu bibirnya menempel di telinga Ivy, napasnya panas. “Tapi yang