Mendengar suara perintah Renjana, Bumi langsung menurunkan kedua tangan yang bertumpu di dahi. Ia menengadah dan terdiam sejenak, lalu segera berdiri dengan sudut bibir yang mendadak melengkung, membentuk senyum tipis. Langkah lebarnya kemudian terayun menghampiri Renjana yang bersedekap, masih berdiri di ambang pintu balkon.Lain di sebuah perumahan sederhana, entah, sudah terhitung ke berapa kalinya, Amaris yang berada di ruang kamar tak pernah lepas dari melirik jam yang menggantung di dinding. Tinggal beberapa menit lagi suasana langit akan menggelap dan Renjana belum kunjung datang sesuai janjinya kemarin yang akan pulang.“Apa mungkin keadaan jalan sedang macet?” gumamnya saat mondar-mandir sembari menatap nyala layar ponsel.Amaris berpikir sejenak, lalu langsung membenarkan praduganya tadi. Bisa jadi Renjana memang sedang terjebak macet.Alhasil, ia yang sejak awal berniat untuk menghubungi putri semata wayangnya itu jadi urung. Tak ingin menganggu perjalanan. Diletakkan kemba
Dernière mise à jour : 2025-05-27 Read More