: Langit di atas Puncak Kuil Hening berubah kelabu pekat. Kabut hitam menebal, menyelimuti tanah dan udara seperti kabus dari dunia kematian. Dari kejauhan, nyanyian lirih mulai terdengar—datar, berulang, dan memilukan. Irama itu menyelinap ke dalam hati, menusuk hingga ke sumsum jiwa. Ye Qian menggenggam pedang panjangnya erat. Suara-suara itu, yang mula-mula hanya ratapan, kini menjadi lantunan mantra dalam bahasa kuno yang tidak ia kenal, namun entah bagaimana… ia pahami. Di hadapan mereka, pasukan roh yang dikendalikan Shi Mo melangkah maju. Wajah-wajah mereka tetap sama: kosong, penuh luka, namun kini berubah menjadi sosok-sosok menyeramkan bersenjata tombak dan pedang bayangan. Shi Mo berdiri tenang di depan gerbang batu raksasa yang setengah terbuka. “Ini dia… akhir dari segalanya,” ujarnya pelan. “Gerbang Ketiga… akan kembali hidup. Dan dengan itu, dunia baru akan kubent
Huling Na-update : 2025-06-07 Magbasa pa