Lorong panjang itu sunyi. Suara detak jam tua di dinding terdengar nyaring di antara tarikan napas yang berat. Ayu berjalan cepat, tangannya sibuk memegang baki berisi piring kosong. Tapi lebih dari sekadar melayani, ia tengah berjuang kabur dari bayang-bayang pria yang selama ini membuat hatinya berdebar.“Ayu,” suara Revan memanggil, lembut namun penuh tekanan. Langkahnya terhenti tapi ia tak berani menoleh.“Maaf Tuan, aku harus kembali ke dapur,” katanya cepat, mencoba menjaga nada suaranya tetap datar.Revan melangkah mendekat, suaranya semakin lirih. “Ayu, kau tahu ini bukan tentang pekerjaan,” bisiknya. “Aku ingin bicara, aku merindukanmu.”Ayu memejamkan mata, merasakan dadanya sesak. Kalimat sederhana itu cukup untuk merobohkan dinding pertahanan yang selama ini ia bangun. Tapi ia tak boleh goyah. “Tuan, tolong jangan katakan itu. Aku mohon, biarkan semuanya begini,” katanya, suaranya bergetar.Revan meraih pergelangan tangannya, sentuhan lembut yang menembus lapisan dingin d
Last Updated : 2025-06-05 Read more