Home / Romansa / Pelayan Hati Tuan Muda / Bab 28 - Menjaga jarak

Share

Bab 28 - Menjaga jarak

Author: Sabira Story
last update Last Updated: 2025-06-04 14:17:15

Setelah pertemuan di gudang malam itu, Ayu benar-benar mengunci hatinya. Ia tak ingin lagi membiarkan Revan merobohkan pertahanannya. Ia sadar betul, bahwa dirinya hanya seorang pelayan, bukan wanita yang pantas mendampingi pria sekelas Revan. Sejak malam itu, Ayu memutuskan untuk menjaga jarak. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk Revan agar lelaki itu tak lagi tergoda untuk berpaling dari wanita yang sedang mengandung buah hatinya.

Setiap pagi, saat Ayu menyiapkan sarapan, Revan selalu muncul di ruang makan lebih awal. Biasanya, Ayu akan menyapanya dengan hangat, menyajikan teh hangat dan menanyakan kabarnya. Tapi sekarang, ia hanya menunduk diam, seolah tak ada orang lain di ruangan itu. Jika Revan mencoba berbicara lewat isyarat tangan, Ayu hanya berpaling, pura-pura sibuk memotong roti atau merapikan sendok. Hatinya memang bergetar hebat, tapi ia menekannya sekuat tenaga.

Revan merasakan keheningan itu seperti dinding yang memisahkan mereka. Dinding tak terlihat yan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 30 - Rahasia yang Terungkap

    Pagi itu, Ayu terbangun dengan kepala yang berat dan pusing yang menusuk-nusuk hingga ke dasar pikirannya. Matanya membuka perlahan, mencoba mengusir kantuk yang masih menggantung di pelupuk mata. Namun, dunia seakan bergoyang, berputar tanpa ampun. Tubuhnya menggigil, keringat dingin membasahi kening dan pelipisnya. Ia meraih selimut yang menutupi tubuhnya, mencoba mendapatkan sedikit kehangatan, tetapi dingin itu malah menembus sampai ke tulang.Suara ketukan pelan di pintu kamarnya memecah keheningan. "Ayu, sudah pagi. Waktunya kerja," suara Bu Marni terdengar lembut namun tegas, seperti seorang ibu yang penuh kasih.Ayu mencoba bangkit, meraih gagang pintu dengan tangan yang gemetar. Napasnya berat, dadanya naik turun tak beraturan. Saat pintu terbuka, Bu Marni langsung tertegun. Wajah Ayu pucat pasi, bibirnya kering, dan matanya tampak sayu. Bu Marni buru-buru menempelkan punggung tangannya ke kening Ayu. Panas. Terasa panas sekali."Kamu demam tinggi, Ayu! Sudah, jangan kerja du

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 29 - Jarak di Antara Kita

    Lorong panjang itu sunyi. Suara detak jam tua di dinding terdengar nyaring di antara tarikan napas yang berat. Ayu berjalan cepat, tangannya sibuk memegang baki berisi piring kosong. Tapi lebih dari sekadar melayani, ia tengah berjuang kabur dari bayang-bayang pria yang selama ini membuat hatinya berdebar.“Ayu,” suara Revan memanggil, lembut namun penuh tekanan. Langkahnya terhenti tapi ia tak berani menoleh.“Maaf Tuan, aku harus kembali ke dapur,” katanya cepat, mencoba menjaga nada suaranya tetap datar.Revan melangkah mendekat, suaranya semakin lirih. “Ayu, kau tahu ini bukan tentang pekerjaan,” bisiknya. “Aku ingin bicara, aku merindukanmu.”Ayu memejamkan mata, merasakan dadanya sesak. Kalimat sederhana itu cukup untuk merobohkan dinding pertahanan yang selama ini ia bangun. Tapi ia tak boleh goyah. “Tuan, tolong jangan katakan itu. Aku mohon, biarkan semuanya begini,” katanya, suaranya bergetar.Revan meraih pergelangan tangannya, sentuhan lembut yang menembus lapisan dingin d

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 28 - Menjaga jarak

    Setelah pertemuan di gudang malam itu, Ayu benar-benar mengunci hatinya. Ia tak ingin lagi membiarkan Revan merobohkan pertahanannya. Ia sadar betul, bahwa dirinya hanya seorang pelayan, bukan wanita yang pantas mendampingi pria sekelas Revan. Sejak malam itu, Ayu memutuskan untuk menjaga jarak. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk Revan agar lelaki itu tak lagi tergoda untuk berpaling dari wanita yang sedang mengandung buah hatinya.Setiap pagi, saat Ayu menyiapkan sarapan, Revan selalu muncul di ruang makan lebih awal. Biasanya, Ayu akan menyapanya dengan hangat, menyajikan teh hangat dan menanyakan kabarnya. Tapi sekarang, ia hanya menunduk diam, seolah tak ada orang lain di ruangan itu. Jika Revan mencoba berbicara lewat isyarat tangan, Ayu hanya berpaling, pura-pura sibuk memotong roti atau merapikan sendok. Hatinya memang bergetar hebat, tapi ia menekannya sekuat tenaga.Revan merasakan keheningan itu seperti dinding yang memisahkan mereka. Dinding tak terlihat yan

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 27 - keputusan Ayu

    Satu bulan kemudian…Rumah megah itu kini terasa lebih sunyi. Sejak malam jebakan yang merusak segalanya, Revan dan Nadine masih menjadi dua orang asing yang tinggal di atap yang sama dengan suasana dingin dan hampa seperti biasa.Sejak saat itu Revan lebih sering tidur di ruang kerja. Kursi empuk di sana menjadi tempat pelariannya, tempatnya menghindar dari ranjang yang kini semakin terasa asing. Ia membenamkan diri dalam tumpukan berkas, seolah-olah pekerjaan bisa menghapus kepahitan yang menyesakkan dadanya. Sementara itu, Nadine tidak pernah absen dari peran barunya sebagai istri yang perhatian dan istri yang manis. Senyumnya selalu hadir, suaranya selalu lembut. Tapi dibalik semua itu, ia sedang menyusun rencana yang harus berhasil, apapun caranya.Sore itu, langit berwarna jingga. Revan baru saja memarkir mobilnya di garasi. Saat ia membuka pintu, aroma melati menyambutnya. Nadine berdiri di ambang pintu ruang tamu dengan secangkir teh hangat. Senyum lebarnya terlihat nyaris sem

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 26 - Luka yang Tak Pernah Sembuh

    Suasana pagi masih membiarkan embun menempel di dedaunan. Cahaya matahari yang malu-malu mulai menembus tirai jendela kamar utama. Tapi di dalam sana, suasana jauh dari kata damai. Nada bicara yang menusuk dan emosi yang meluap seakan menelan damai pagi itu.Revan berdiri membelakangi Nadine, tangannya mengepal, napasnya naik turun penuh amarah yang berusaha dia bendung. Sedangkan Nadine duduk di tepi ranjang, wajahnya tetap santai, bahkan senyumnya seakan menghina, seolah apa yang terjadi semalam hanyalah kewajaran.“Kau benar-benar sudah gila, Nadine,” Revan berbisik pelan, tapi nadanya tajam bagai pisau. “Kau pikir apa yang kau lakukan semalam itu hal biasa?”Nadine memainkan ujung rambutnya, masih dengan senyum tipis di bibirnya. “Kenapa harus marah, Revan? Bukankah kita ini suami istri? Sudah sewajarnya suami dan istri melakukan itu.” Suaranya terdengar ringan, tapi matanya memancarkan sesuatu yang lebih kelam.Revan membalikkan badan, menatap Nadine tajam. “Kau sengaja menjebakk

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 25 - Perangkap dalam Ruang Kerja

    Setelah makan malam yang aneh. Revan mengikuti Nadine yang mengajaknya duduk di ruang tamu. Revan mengambil ponsel lalu memeriksanya sejenak. Tepat di sebelahnya Nadine masih menempel seperti lem, sesekali menggoda dengan ujung jari yang menyentuh lengan suaminya."Revan, kamu nggak ingin ngobrol sebentar? Kita udah lama banget nggak ngobrol berdua seperti ini?" Nadine berkata dengan nada manja yang terdengar dibuat-buat.Revan hanya menoleh sekilas, lalu mengalihkan pandangan ke layar ponselnya. "Aku masih ada kerjaan."“Yaudah, aku temenin, ya? Sambil bikin kamu teh lagi?” Nadine memaksa senyum.Tak ada respons dari Revan. Ia beranjak dan melangkah ke ruang kerjanya tanpa sepatah kata pun.Tapi Nadine tidak menyerah. Ia menatap punggung Revan yang menjauh dan mengembuskan napas panjang. Kesempatan itu tidak boleh lewat. Ia segera masuk ke dapur, mengaduk teh hangat yang sudah ia siapkan. Tapi kali ini, ia menambahkan satu hal lagi ke dalam cangkir itu. Sesuatu itu adalah setetes cai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status