Beranda / Romansa / Pelayan Hati Tuan Muda / Bab 27 - keputusan Ayu

Share

Bab 27 - keputusan Ayu

Penulis: Sabira Story
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 11:16:19

Satu bulan kemudian…

Rumah megah itu kini terasa lebih sunyi. Sejak malam jebakan yang merusak segalanya, Revan dan Nadine masih menjadi dua orang asing yang tinggal di atap yang sama dengan suasana dingin dan hampa seperti biasa.

Sejak saat itu Revan lebih sering tidur di ruang kerja. Kursi empuk di sana menjadi tempat pelariannya, tempatnya menghindar dari ranjang yang kini semakin terasa asing. Ia membenamkan diri dalam tumpukan berkas, seolah-olah pekerjaan bisa menghapus kepahitan yang menyesakkan dadanya. Sementara itu, Nadine tidak pernah absen dari peran barunya sebagai istri yang perhatian dan istri yang manis. Senyumnya selalu hadir, suaranya selalu lembut. Tapi dibalik semua itu, ia sedang menyusun rencana yang harus berhasil, apapun caranya.

Sore itu, langit berwarna jingga. Revan baru saja memarkir mobilnya di garasi. Saat ia membuka pintu, aroma melati menyambutnya. Nadine berdiri di ambang pintu ruang tamu dengan secangkir teh hangat. Senyum lebarnya terlihat nyaris sem
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 28 - Menjaga jarak

    Setelah pertemuan di gudang malam itu, Ayu benar-benar mengunci hatinya. Ia tak ingin lagi membiarkan Revan merobohkan pertahanannya. Ia sadar betul, bahwa dirinya hanya seorang pelayan, bukan wanita yang pantas mendampingi pria sekelas Revan. Sejak malam itu, Ayu memutuskan untuk menjaga jarak. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk Revan agar lelaki itu tak lagi tergoda untuk berpaling dari wanita yang sedang mengandung buah hatinya.Setiap pagi, saat Ayu menyiapkan sarapan, Revan selalu muncul di ruang makan lebih awal. Biasanya, Ayu akan menyapanya dengan hangat, menyajikan teh hangat dan menanyakan kabarnya. Tapi sekarang, ia hanya menunduk diam, seolah tak ada orang lain di ruangan itu. Jika Revan mencoba berbicara lewat isyarat tangan, Ayu hanya berpaling, pura-pura sibuk memotong roti atau merapikan sendok. Hatinya memang bergetar hebat, tapi ia menekannya sekuat tenaga.Revan merasakan keheningan itu seperti dinding yang memisahkan mereka. Dinding tak terlihat yan

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 27 - keputusan Ayu

    Satu bulan kemudian…Rumah megah itu kini terasa lebih sunyi. Sejak malam jebakan yang merusak segalanya, Revan dan Nadine masih menjadi dua orang asing yang tinggal di atap yang sama dengan suasana dingin dan hampa seperti biasa.Sejak saat itu Revan lebih sering tidur di ruang kerja. Kursi empuk di sana menjadi tempat pelariannya, tempatnya menghindar dari ranjang yang kini semakin terasa asing. Ia membenamkan diri dalam tumpukan berkas, seolah-olah pekerjaan bisa menghapus kepahitan yang menyesakkan dadanya. Sementara itu, Nadine tidak pernah absen dari peran barunya sebagai istri yang perhatian dan istri yang manis. Senyumnya selalu hadir, suaranya selalu lembut. Tapi dibalik semua itu, ia sedang menyusun rencana yang harus berhasil, apapun caranya.Sore itu, langit berwarna jingga. Revan baru saja memarkir mobilnya di garasi. Saat ia membuka pintu, aroma melati menyambutnya. Nadine berdiri di ambang pintu ruang tamu dengan secangkir teh hangat. Senyum lebarnya terlihat nyaris sem

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 26 - Luka yang Tak Pernah Sembuh

    Suasana pagi masih membiarkan embun menempel di dedaunan. Cahaya matahari yang malu-malu mulai menembus tirai jendela kamar utama. Tapi di dalam sana, suasana jauh dari kata damai. Nada bicara yang menusuk dan emosi yang meluap seakan menelan damai pagi itu.Revan berdiri membelakangi Nadine, tangannya mengepal, napasnya naik turun penuh amarah yang berusaha dia bendung. Sedangkan Nadine duduk di tepi ranjang, wajahnya tetap santai, bahkan senyumnya seakan menghina, seolah apa yang terjadi semalam hanyalah kewajaran.“Kau benar-benar sudah gila, Nadine,” Revan berbisik pelan, tapi nadanya tajam bagai pisau. “Kau pikir apa yang kau lakukan semalam itu hal biasa?”Nadine memainkan ujung rambutnya, masih dengan senyum tipis di bibirnya. “Kenapa harus marah, Revan? Bukankah kita ini suami istri? Sudah sewajarnya suami dan istri melakukan itu.” Suaranya terdengar ringan, tapi matanya memancarkan sesuatu yang lebih kelam.Revan membalikkan badan, menatap Nadine tajam. “Kau sengaja menjebakk

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 25 - Perangkap dalam Ruang Kerja

    Setelah makan malam yang aneh. Revan mengikuti Nadine yang mengajaknya duduk di ruang tamu. Revan mengambil ponsel lalu memeriksanya sejenak. Tepat di sebelahnya Nadine masih menempel seperti lem, sesekali menggoda dengan ujung jari yang menyentuh lengan suaminya."Revan, kamu nggak ingin ngobrol sebentar? Kita udah lama banget nggak ngobrol berdua seperti ini?" Nadine berkata dengan nada manja yang terdengar dibuat-buat.Revan hanya menoleh sekilas, lalu mengalihkan pandangan ke layar ponselnya. "Aku masih ada kerjaan."“Yaudah, aku temenin, ya? Sambil bikin kamu teh lagi?” Nadine memaksa senyum.Tak ada respons dari Revan. Ia beranjak dan melangkah ke ruang kerjanya tanpa sepatah kata pun.Tapi Nadine tidak menyerah. Ia menatap punggung Revan yang menjauh dan mengembuskan napas panjang. Kesempatan itu tidak boleh lewat. Ia segera masuk ke dapur, mengaduk teh hangat yang sudah ia siapkan. Tapi kali ini, ia menambahkan satu hal lagi ke dalam cangkir itu. Sesuatu itu adalah setetes cai

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 24 - Jebakan Nadine

    Sudah tiga hari berlalu sejak Nadine kembali dari Paris. Tiga hari penuh kecemasan, panik, dan ketakutan yang dirasakan sendiri. Namun pagi tadi, saat pulang dari klinik kandungan dengan hasil pemeriksaan yang menegaskan bahwa usia kandungannya telah memasuki minggu kelima. Nadine tahu bahwa ia tidak punya waktu lagi. Ia harus bertindak sekarang.Dan sore ini, semuanya harus dimulai.Revan belum pulang. Rumah besar itu terasa hening seperti biasa, hanya sesekali terdengar suara Ayu dari dapur yang sedang menyiapkan makan malam. Nadine berdiri di depan cermin besar di kamar, mengenakan gaun satin berwarna merah marun yang melekat sempurna di tubuh rampingnya. Gaun itu panjang, tapi bagian dadanya sangat terbuka. Tali tipis menggantung di bahu, dan belahan tinggi di paha memperlihatkan kulit putihnya yang terawat.Makeup-nya tipis tapi menggoda. Bibirnya merah basah. Rambutnya digerai lembut dengan aroma parfum mahal yang baru ia beli dari Paris.Nadine menatap refleksi dirinya sendiri.

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 23 - Nadine hamil

    Tiga hari telah berlalu sejak Nadine kembali dari Paris, mengakhiri perjalanan bulan madu yang mestinya menjadi awal baru bagi rumah tangganya bersama Revan. Tapi kenyataannya, kebersamaan itu malah semakin memperjelas jurang di antara mereka. Revan pulang lebih dulu ke Indonesia, meninggalkan Nadine sendiri di kota cinta yang justru jadi saksi bisu pengkhianatannya bersama Alvin.Pagi itu, Nadine terbangun dengan rasa aneh di tubuhnya. Kepalanya terasa berat, perutnya mual, dan dadanya nyeri seperti tertindih beban tak kasat mata. Ia duduk di tepi ranjang, menatap cermin besar di hadapannya. Wajahnya pucat. Mata indah yang biasanya bersinar kini sayu dan kehilangan cahaya. Ia menoleh ke arah kalender kecil di meja rias."Tiga hari...? Harusnya sudah datang..." gumamnya pelan.Ia menggigit bibir bawahnya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dengan tangan gemetar, ia membuka aplikasi di ponselnya, mencatat siklus bulanan yang selalu diawasi dengan rapi. Tanggal terakhir ia d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status