Semua Bab Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam: Bab 261 - Bab 270

Udara terasa hangat menyelimuti. Giselle membuka kedua matanya perlahan mengedarkan pandangannya dan menyadari ia berada di rumah sakit saat ini. Napas Giselle tercekat saat ia menatap perutnya yang tidak sebesar sebelumnya. Ingatannya kembali bekerja, mengingat kejadian yang lalu-lalu. Kedua matanya berkaca-kaca, Giselle memejamkan kedua matanya dan ia mengingat kata-kata dokter saat ia pergi cek up setiap bulan dan selalu berbohong tentang hasilnya pada Gerald. 'Kandungan Nyonya sangat tidak memungkinkan, akan sangat berisiko bila dilanjutkan. Pertumbuhan dan pergerakannya juga kurang. Nyonya sendiri kondisinya juga lemah, apakah yakin akan dilanjutkan?' Dokter mengatakan itu di saat kandungan Giselle memasuki usia empat bulan. 'Nyonya, tingkatan stres yang Nyonya alami sangat tinggi. Ini sangat beresiko tinggi untuk pertumbuhan bayinya dan juga Nyonya, saya benar-benar merasa takut kalau terjadi sesuatu pada Nyonya. Bahkan Nyonya kehilangan banyak berat badan akhir-akhir ini. B

Setelah sampai di rumah, Giselle pun diminta untuk berisitirahat di dalam kamar oleh Gerald. Semua keinginan dan keperluannya akan Gerald penuhi. Ada para pelayan di rumah yang dia puluh empat jam bisa membantunya. Saat ini, Giselle duduk di sofa di dalam kamarnya ditemani oleh Elodie yang berbaring di sampingnya. Gerald berjalan masuk ke dalam kamar, laki-laki itu membawa dua mangkuk berisi buah anggur dan apel, kesukaan Giselle. "Wahh Papa bawa apa?" tanya Elodie langsung beranjak dari duduk. "Papa bawakan buah untuk Elodie dan Mama," ujar Gerald, ia duduk di samping Giselle.Si kecil mengambil satu mangkuk dan asik memakannya sambil menonton kartun di televisi di dalam kamar. Sedangkan Gerald, laki-laki itu menyerahkan satu mangkuk yang ia bawa pada Giselle. "Ini untukmu, Sayang," ujarnya. Giselle menggeleng kecil. "Aku tidak ingin makan buah." Gerald meletakkannya di atas meja secara perlahan. Ia menatap Giselle yang kini membuang muka ke arah jendela. "Kau ingin makan a

Setelah beberapa hari kemudian. Kondisi Giselle sudah cukup membaik, Giselle sudah bisa perlahan-lahan menuruni anak tangga sendiri tanpa bantuan Gerald meskipun dengan langkah yang sangat kecil dan mendapatkan omelan dari sang suami. Dan saat ini, Gerald tengah menemaninya duduk di teras samping rumah. Laki-laki itu seperti bodyguard untuk Giselle, setiap Giselle bergerak ke manapun akan diikuti. "Memangnya kau tidak sibuk, kenapa jam segini malah di sini duduk-duduk bersamaku? Tidak ke kantor?" tanya Giselle menatap suaminya yang duduk merangkulnya. Gerald meletakkan kepalanya di pundak Giselle. "Tidak, Sayang. Besok siang saja aku akan ke kantor," jawabnya. Giselle menunduk menatap satu tangan Gerald yang ada di pangkuannya. Giselle meraih telapak tangan besar itu dan menggenggamnya. "Gerald, aku sudah sembuh. Kau bisa melakukan aktivitasmu seperti kemarin-kemarin tanpa harus mengkhawatirkanku." "Yakin?" Gerald menatap wajah Giselle dari dekat. "Nanti siapa yang akan me

Gerald mendatangi kantor polisi. Laki-laki itu bertemu dan berbicara empat mata dengan pemuda yang tertangkap meneror Giselle kapan hari. Pemuda bernama Juan itu tampak biasa saja saat melihat Gerald di hadapannya saat ini. Padahal wajah Gerald sudah jelas ingin menerkam dan menghabisinya hidup-hidup. "Untuk apa lagi Tuan meminta bertemu dengan saya di dalam ruangan privat seperti ini, heh?" Juan tersenyum miring dan ia menyandarkan punggungnya. "Apa yang ingin Tuan tanyakan? Berharap saya mengaku?" Gerald memasang wajah dingin menatap pemuda yang tak kenal takut di depannya ini. Ia mengakui ketenangan yang dimiliki oleh Juan. Gerald tahu itu, tak hanya sampai di sini. Gerald juga menyelidiki tentang ibu pemuda dua puluh empat tahun ini yang tengah sakit kanker darah dan tengah dirawat di rumah sakit. Bahkan, Gerald memberikan biaya untuk pengobatan wanita tua itu, sebagai wujud rasa kemanusiaannya, karana anak wanita tua itu, rela dipenjara demi mendapatkan uang dengan menjadi or

Hari demi hari telah berlalu. Selama hampir kurang lebih dua Minggu ini tidak ada teror atau apapun yang menghantui keluarga Gerald. Sejak satu beberapa hari ini, Gerald juga sudah kembali aktif bekerja seperti hari-hari kemarin. Elodie juga sibuk sekolah dan Giselle juga hanya diminta untuk diam di rumah oleh Gerald selama laki-laki itu bekerja. "Selamat pagi, Mama ... Papa..." Suara kecil Elodie terdengar dari pertengahan anak tangga. Giselle dan Gerald yang berada di lantai satu pun mendongak menatapnya. "Selamat pagi juga, Sayang," balas Giselle. "Pagi, Princess ... kemarilah!" Gerald mengulurkan kedua tangannya pada Elodie hingga anak cantik itu langsung berlari mendekatinya. Seperti biasa, Elodie sangat manja pada Gerald. "Cantik sekali anak Papa," ujar Gerald mengusap pipi Elodie. "Iya dong! Kan anaknya Papa!" seru Elodie langsung geser duduk di pangkuan sang Papa. Giselle tersenyum tipis memperhatikan mereka. Wanita itu duduk di samping Gerald di ruang makan. Sement