All Chapters of Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam: Chapter 271 - Chapter 280

"Elodie tadi dikerjai temannya, Giselle. Untung saja Kai segera membawa Elodie masuk." Amara menyerahkan Elodie pada Giselle. Giselle segera menggandeng tangan kecil Elodie dan si kecil langsung memeluknya. "Ya ampun, Sayang. Tadi bilangnya tidak apa-apa main dengan teman-teman," seru Giselle pada anaknya. "Rafa yang nakal, Ma. Ayunannya sampai tinggi," jawab anak itu memeluk Giselle. Giselle mengusap pucuk kepala anaknya dan ia menatap Amara. "Terima kasih ya, Kak Amara, untung saja ada Kai." "Iya, Giselle. Sama-sama ... kalau begitu aku ke depan dulu ya," pamit Amara. "Iya, Kak." Wanita dengan balutan dress panjang berwarna hijau muda itu berjalan ke depan meninggalkan Giselle dan Elodie di sebuah lorong di luar tempat pesta. Giselle sedang menunggu Gerald yang tengah menjawab telfon dari Papanya, sebab itu ia menunggu di luar. "Besok-besok Elodie tidak mau main sama Rafa lagi!" seru anak perempuan itu dengan wajah manyun. "Mama bilang juga apa, Elodie ini anak perempuan,

"Mama, hari ini katanya Papa pulang sore. Tapi kenapa sampai malam Papa belum juga pulang?" Elodie berdiri di depan jendela dan menoleh ke belakang menatap Giselle yang tengah duduk di sofa merajut sebuah sweater untuk Elodie. "Papa mungkin masih sibuk, Sayang," jawab Giselle. Anak perempuan itu cemberut. "Papa ... selalu saja bohong sama Elodie. Pagi tadi bilang malam ini mau ajak Elodie main ke game zone! Kesal sama Papa!" Bibir tipis Elodie berubah cemberut kesal. Anak itu duduk di samping Giselle dan memeluk sang Mama. Elodie mendongak menatap wajah Mamanya yang tampak bisa saja. Dalam hati kecilnya, Elodie berpikir apakah Giselle tidak sedih dan kesepian setiap hari di rumah sendiri. Sedangkan Papanya selalu bekerja bahkan sampai pulang larut malam. "Mama..." "Iya, Sayang? Elodie mau Mama buatkan cemilan, hm? Nonton kartun di sini sama Mama," tawar Giselle, setelah ia sadar suasana hati Elodie sangat keruh. Wanita itu meletakkan jarum dan benang rajutnya di dalam sebuah k

Di tempat lain, Giselle dan Elodie berjalan-jalan di sekitar kota dan taman. Mereka menikmati indah dan ramainya kota pagi ini. Setelah puas bermain, Elodie meminta sebuah boneka baru pada Giselle. Kini, mereka berdua berjalan di tepian jalan menuju ke sebuah cafe es krim. "Mama, Elodie nanti mau es krim stroberi dengan cokelat beku yang banyak!" seru anak itu sambil memeluk boneka kucing berwarna merah muda yang baru dia beli. "Iya, Sayang. Jangan berjalan terlalu cepat. Jahitan luka di perut Mama sedikit nyeri kalau berjalan terlalu cepat, Sayang," ujar Giselle pada si kecil. Langkah Elodie pun memelan. Anak perempuan itu mengulurkan satu tangannya dan menggenggam tangan Giselle. Hal sederhana seperti ini, tidak ada jalan-jalan ke tempat ekslusif, tidak ada pergi makan di restoran berbintang. Cukup dengan jalan-jalan dan membeli makanan ringan yang mereka sukai. Elodie dan Giselle hendak menyebrangi sebuah jalan menuju cafe es krim yang berada di antara deretan cafe di tengah-

Hari sudah gelap, Elodie sudah tertidur dalam pelukan Giselle sejak dua jam yang lalu. Tetapi, Giselle masih tetap terjaga, wanita itu terdiam menatap jendela kamarnya anaknya yang tertutup. Hati Giselle terasa hampa dan kosong. Wanita itu perlahan beranjak dari tidurnya, Giselle duduk dan diam cukup lama. Ia menatap telapak tangannya. Kulit tangannya yang terasa kering karena udara yang sangat dingin. "Seandainya aku punya keluarga ... aku pasti punya rumah untuk pulang. Hidupku juga tidak akan terombang-ambing dalam ketidak pastian seperti ini." Giselle memejamkan kedua matanya yang terasa panas dan pedih. "Te-ternyata, benar-benar sakit." Kepala Giselle semakin tertunduk dan wanita itu terisak sebelum Giselle cepat-cepat menghapusnya. Perlahan, Giselle beranjak dari duduknya. Wanita itu meraih gelas di atas nakas ranjang kamar Elodie. Sejak sore tadi, ia belum menyiapkan air putih untuk Elodie. Setiap malam, putri kecilnya selalu terbangun untuk minum. Giselle berjalan menuj

Giselle dan Gerald pergi bersama hari ini. Mereka menemani Elodie bermain di game zone sejak beberapa menit yang lalu. Giselle duduk di samping Gerald yang tengah memperhatikan putri kecilnya. "Gerald," lirih Giselle menatapnya. "Hm?" Gerald menoleh. "Ada apa, Sayang?" "Bisakah mulai besok kau bekerja dari rumah saja?" tanya Giselle pada sang suami. Gerald menatap lekat wajah Gerald. "Kenapa memangnya, hm? Aku tidak akan bertemu dengan Laura lagi, aku akan memutus kerja sama dengan perusahaan Thompson dan akan menyelidiki Laura. Jadi aku tetap harus ke kantor, Sayang." Wajah Giselle terlihat panik, wanita itu meremas ponsel di tangannya. Ponsel di tangan Giselle masih baru, sekitar seminggu Gerald membelikannya, tidak ada nomor siapapun yang tersimpan selain milik Gerald, Irish, dan Alissa, juga guru-guru di sekolah Elodie. Namun, dua hari Giselle membeli ponsel, peneror itu kembali menghubunginya dan mengecam mengirimkan banyak ancaman berbahaya. Gerald merangkul pund