Farah, yang sedari tadi masih menunggu jawaban Valdi, perlahan menghampiri meja makan, meletakkan hidangan itu di depan Valdi. Ia bisa merasakan tatapan Valdi yang membakar kulitnya, membuatnya merinding sekaligus memicu sensasi aneh di area kewanitaannya.“Oh, itu…” Valdi akhirnya berbicara, suaranya rendah, namun penuh otoritas. Ia mengambil sepotong bacon dari piringnya. “Kalau nanti-nanti kamu lihat saya keluar pake kursi roda, kamu jangan banyak tanya dan jangan banyak omong kalau orang-orang nanya. Itu urusan saya, ngerti?” Nada suaranya dingin, mutlak, sebuah peringatan keras yang tak bisa dibantah.“Ba… baik, Tuan,” Farah mengangguk cepat, rasa takut yang dingin menjalar di punggungnya. Ia langsung sedikit bergegas meninggalkan Valdi, tatapan mesum Valdi yang masih mengikuti setiap gerakannya membuat jantungnya berdebar, bukan hanya karena ketakutan, tapi juga karena sensasi aneh yang mengaduk perutnya, merambat ke bawah, membuat intinya terasa berdenyut-denyut. Jadi, Valdi pu
Terakhir Diperbarui : 2025-06-26 Baca selengkapnya