"Mengerti... Tuan," jawab Farah, suaranya serak, nyaris berbisik.Valdi mengangguk puas. "Bagus."Namun, Valdi memperhatikan raut wajah Farah. Di balik kepatuhan yang diucapkannya, terlihat jelas kebingungan, kemarahan yang terpendam, dan ya... ketakutan. Ketakutan yang murni, polos, dan... menarik.Valdi memutar roda kursinya sedikit, mendekat ke sofa tempat Farah duduk. Gerakannya halus, tanpa suara. Ia berhenti persis di depan Farah, lututnya nyaris menyentuh sofa.Perlahan, Valdi menjulurkan tangannya. Jemarinya berhenti sejenak di depan wajah Farah, mengamati wanita itu yang semakin menunduk. Kemudian, ujung jemarinya... menyentuh dagu Farah. Dengan tekanan lembut, ia menarik dagu Farah ke atas, memaksa wanita itu mengangkat wajah dan menatap matanya.Mata mereka bertemu. Mata Valdi tajam, penuh perhitungan. Mata Farah besar, indah, kini dipenuhi campuran emosi yang kompleks: ketakutan, kepasrahan, dan sesuatu yang lain... "Kamu kenapa? Takut?" suara Valdi rendah, nyaris berbisi
Terakhir Diperbarui : 2025-06-18 Baca selengkapnya