Amelia melotot ke arah Fitri, pisau di tangannya berhenti bergerak. "Jangan ganggu Kakakku lagi," pekiknya, nadanya mengandung ancaman yang tak main-main.Fitri tertawa penuh ledekan, "Wah, adikmu sekarang galak juga, Mbak Adel. Terlalu lama ditinggal, kali ya? Kasian."Adelia meletakan spatula di sebelah wajan panas, lalu meraih wadah garam di dekat kompor. Kemudian melangkah, berdiri tepat di hadapan Fitri.Sebelum Fitri bisa bereaksi, Adelia mencengkeram rahangnya dengan satu tangan, mencengkeram seperti penjepit baja."Kamu sudah tega memfitnah aku, kan?" serunya tajam. "Sekarang rasakan ini—biar lidahmu mati rasa, seperti hati nuranimu yang sudah beku!" ledek Adelia, trus memasukan garam ke mulut Fitri sampai wadah itu kosong.Fitri terkejut, menepis panik, namun Adelia tidak melepaskan, tenaganya kuat.Setelah di lepas, Fitri terbatuk-batuk keras, wajahnya merah karena rasa garam yang menusuk di lidahnya. Dengan langkah tergesa-gesa, Fitri berlari ke wastafel dan membasuh mulutn
Terakhir Diperbarui : 2025-05-05 Baca selengkapnya