Dari balik jendela dapur, Kirana berdiri diam, tangan masih memegang mangkuk adonan. Tatapannya menusuk ke arah sekelompok gadis muda yang berseru pelan sambil menyembunyikan wajah di balik kain selendang. Seorang di antaranya bahkan menunjuk ke arah Rajendra dan menggigit bibirnya sambil terkikik pelan.“Iishh!” desis Kirana, kembali mengaduk adonan dengan tenaga berlebih. “Lihat suami orang sampai seperti itu…”Ranjani, yang sedang menumbuk rempah, melirik sekilas. “Sudahlah, Kirana. Mereka cuma anak-anak…”“Anak-anak yang matanya seperti mau menelan mentah-mentah suamiku,” geram Kirana, walau tetap tak keluar dari dapur. Ia tahu, sebagai istri pangeran, seharusnya ia tak cemburu karena hal sepele. Tapi darahnya mendidih melihat perempuan-perempuan itu menatap Rajendra seperti pahlawan dalam cerita rakyat.Sementara itu, Rajendra menuruni tangga dengan tenang. Surapati segera menghampirinya, wajahnya berseri-seri.“Paman, sejak kapan mereka berkumpul?” tanya Rajendra.“Mereka datan
Last Updated : 2025-05-02 Read more