Suara tempaan besi yang memecah kesunyian hutan bambu mengusik ketenangan Rajendra. Ia menoleh ke arah Karno, berbisik pelan, “Apakah di desa ini ada perajin besi?”Karno menggelengkan kepala. “Setahu saya tidak ada, Tuan. Semua penduduk di sini adalah petani, buruh tani, dan sebagian kecil pedagang. Tidak ada yang berprofesi sebagai perajin besi.”Alis Rajendra terangkat. Jika bukan penduduk desa, lalu siapa? Sebuah nama melintas di benaknya.“Jadi, siapa yang sedang menempa besi? Apakah Asmaran?” tanyanya, lebih kepada dirinya sendiri daripada Karno.Rajendra memberi isyarat kepada Tama dan Karno untuk bergerak lebih perlahan. Langkah kaki mereka diperlambat, mengendap-endap di antara rimbunnya bambu, berusaha agar tidak menimbulkan suara yang dapat mengagetkan orang di depan.Dari balik rumpun bambu yang tebal, Rajendra mengintip. Dan dugaannya tepat. Orang yang sedang menempa besi dengan palu besar itu adalah Asmaran. Dan di sampingnya, duduk di bangku bambu sederhana, terlihat Ke
Last Updated : 2025-05-20 Read more