Pertanyaan ini bagaikan raungan pelan yang menghantam tepat di mukaku.Aku sedikit linglung. Aku tertegun sejenak, lalu melontarkan sebuah senyuman menghina. "Suamiku? Siapa suamiku?""Kamu!" Kemarahan Ardi seakan teredam oleh sindiranku, dia tiba-tiba tertegun.Aku terus bertanya, "Dokter Ardi, kamu tidak sedang membicarakan dirimu sendiri, 'kan? Kalau kamu tidak bilang, aku mungkin akan lupa, ternyata Dokter Ardi masih tahu identitasnya sendiri, ya? Lalu, Dokter Ardi membawa kekasih hatinya dan berkeliaran di hadapanku setiap hari, serta terang-terangan bersikap manis padanya, apakah kamu juga masih tahu arti rasa hormat?"Wajah Ardi menjadi sangat cemberut. "Bersikap manis apanya ….""Dokter Ardi, sebelum menyalahkan orang lain, bagaimana kalau kamu introspeksi dirimu sendiri dulu? Kamu seperti maling teriak maling, konyol sekali." Ucapan ini harus kukatakan. Karena sudah dilontarkan, ucapanku pun tidak bisa kukendalikan lagi. Aku tak memberi Ardi kesempatan untuk membela diri.Aku
Baca selengkapnya