Nyonya Larasati tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya memelukku tanpa bersuara dan mengelus punggungku berulang kali.Mungkin aku harus menyalahkan Nyonya Larasati. Barusan itu adalah momen terakhir sebelum perceraian kami. Aku bisa saja mengakhiri hubungan ini dengan damai, tetapi dia malah membuat keributan lagi. Semua ini dia lakukan demi sebuah hal yang biasa, yaitu uang.Namun, ketika aku melihat uban yang diam-diam muncul di pelipisnya melalui mataku yang berkaca-kaca, aku menelan kembali semua ucapan marah dan tuduhanku.Dia juga sudah berusaha sekuat tenaga. Dia tidak tahu seluk-beluk hubunganku dengan Ardi. Dia yang datang untuk membuat keributan hari ini, bukan hanya demi Keluarga Larasati, tetapi juga demi aku.Lima menit kemudian, aku menyeka air mataku, lalu sopir taksi daring yang kupesan pun tiba.Nyonya Larasati menarik aku ke dalam mobil, dia mengambil tisu dari tasnya dan menyeka wajahku, lalu berbisik, "Raisa, katakan yang sebenarnya. Apa kamu tahu kalau Ardi punya p
Baca selengkapnya