Tenggorokanku kering, butuh beberapa saat bagiku untuk menahan isak tangisku. "Terima kasih, Dokter Steven, terima kasih telah menyelamatkanku ….""Hei, kukira kamu menangis kesakitan, ternyata kamu menangis karena gembira. Jangan menangis lagi, ya. Kamu sudah aman sekarang. Kamu seharusnya bahagia dan tersenyum." Steven membujukku, bahkan mengulurkan tangan untuk menyeka air mataku.Jari-jarinya panjang, putih dan yang terpenting, sangat lembut. Dia dengan lembut menyeka sudut mataku yang basah oleh air mata, lalu membujukku dengan sabar, "Anak baik, jangan menangis lagi. Kalau kamu menangis, kamu tidak akan dapat kue."Dia membujukku seperti sedang membujuk anak kecil, dia pun membujukku berulang kali.Dia bahkan sampai menakutiku dan bilang kalau aku menangis lagi, aku tidak akan dapat kue.Kenapa dia bisa berkata begitu? Aku sudah dewasa, bagaimana mungkin aku masih menginginkan kue?Namun, godaannya menghilangkan suasana hatiku yang gusar, air mataku pun berhenti.Steven menyerahk
Baca selengkapnya