Dengan bunyi "Klik!", napasku kembali normal dan tubuhku langsung rileks. Namun, aku lalu tertawa. Steven hanya membantu memasangkan sabuk pengaman, tetapi kenapa pikiranku malah ke mana-mana?Namun, detik berikutnya, aku bertemu pandang dengan Steven. Matanya yang sipit dan indah menatapku sambil tersenyum. Berbeda dengan lelucon sebelumnya, nada bicaranya sekarang terdengar jelas serius. "Aku datang ke sini untuk memastikan hasilnya. Raisa-ku tidak diculik oleh mantan pacarnya, 'kan?"Deg!Aku dapat mendengar detak jantungku sendiri dengan jelas, bunyinya bagaikan genderang yang berdentuman di dadaku.Wajah Steven masih terlalu dekat denganku, begitu dekat hingga aku bisa mencium aroma segar pada dirinya dan melihat sorot senyuman terpancar di matanya.Saking dekatnya, jari-jariku refleks mengepal. Tenggorokanku terasa kering dan aku tergagap. "A … apa?"Steven terlihat sangat memesona, terutama saat dia tersenyum. Jadi setiap kali aku bertemu dengan mata sipitnya yang mengesankan se
Read more