Aku segera mundur selangkah, sementara tanganku yang lain sudah mengambil semprotan merica untuk pertahanan diri dari dalam tas.Namun, tepat saat akan menyemprotkannya, aku mendengar suara yang tidak asing, "Raisa, kamu sudah pulang?"Ketika mengangkat kepala, wajah Nyonya Lina yang tersenyum antusias dan hangat tampak di bawah lampu yang terang.Aku tertegun. Di ujung lain telepon, Ardi jelas merasa lega, "Oh, ternyata Ibu.""Ya, tidak apa-apa. Aku tutup dulu teleponnya." Aku segera tersadar, langsung menutup telepon dengan cepat.Aku tidak boleh membiarkan Ardi dan Nyonya Lina berkomunikasi.Kedua orang ini, yang satu ingin menyenangkan ibu mertuanya, sementara yang satu ingin membujuk menantunya. Intinya mereka memiliki tujuan yang sama. Jika mereka berbicara, aku yang akan menjadi korban.Sudah sangat mengejutkan bahwa Nyonya Lina muncul di apartemenku. Yang lebih mengejutkan lagi, dia mengenakan celemekku, sementara tangannya masih memegang sendok sup.Dia jelas baru selesai meny
Baca selengkapnya