Rena menangis tersedu-sedu dalam pelukanku. Makin banyak dia berbicara, makin dia merasa sedih.Hatiku seperti dihantam sesuatu, meleleh sepenuhnya. Aku tidak bisa menahan diri untuk memeluk Rena dengan lebih erat, ingin menangis sekaligus ingin tertawa. "Gadis bodoh, kita ini saudara, kakak beradik. Masalah apa yang tidak bisa dibicarakan? Kenapa kamu buru-buru pulang hanya demi memasak untukku? Tanganmu itu tangan untuk melukis, kapan kamu pernah memasak?"Benar-benar gadis yang konyol. Di hatinya, Rena tahu bahwa dia sudah salah paham padaku, juga merasa bersalah padaku, tetapi dia tidak bisa mengatakannya. Dia bersikeras melakukan sesuatu sebagai tindakan nyata untuk mengungkapkannya.Apa pun yang dia lakukan tidak masalah, tetapi dia malah memilih memasak untukku. Tak apa jika dia hanya memasak, tetapi itu malah membuat jarinya terbakar.Ketika mendengar kata-katanya ini, aku tidak bisa menahan tawa. Hanya saja, air mataku tidak bisa ditahan lagi ketika aku tertawa.Aku merasa san
Read More