“Apa kau gila?” teriak Davian keras, suaranya menggema di seluruh ruangan. “Kau tidur dengan Joana? Di mana otakmu, Melvin? Kau ingin mati, hah?!”Nada suaranya memecah malam seperti petir yang menyambar. Melvin berdiri tak jauh darinya, tubuhnya tampak lunglai, wajahnya kusut tanpa arah.Ia mengangkat tangan, mencoba menenangkan adiknya.“Aku tidak tidur dengan Joana, Davian,” katanya cepat, berusaha menjernihkan kekeliruan yang sudah terlanjur membakar emosi Davian. “Hanya... tertidur di apartemennya.”“Sama saja!” teriak Davian kembali, lebih keras dari sebelumnya.Ia mendekat, lalu menjambak rambutnya sendiri dengan gerakan frustasi. Tangannya menggigil karena terlalu marah, dan wajahnya kini tak lagi sekadar kesal — tapi kecewa dan muak.“Tidak sama, Davian,” sergah Melvin, suaranya mulai meninggi, tapi bukan karena ingin membantah, melainkan karena dirinya mulai putus asa.“Aku lelah, aku mengantuk dan akhirnya tertidur di sofa ruang tengah. Sementara Joana tidur di kamarnya. Ti
Terakhir Diperbarui : 2025-05-30 Baca selengkapnya