“Halo, Sayang. Apa kau sudah berangkat ke resto?” suara Melvin terdengar tenang saat ia menekan tombol sambung di layar mobilnya.Tangannya memegang kemudi dengan mantap, melajukan mobil hitamnya menyusuri jalanan sore yang mulai padat.“Aku masih siap-siap, Melvin. Lagi pula, waktunya masih satu jam lagi,” sahut Thania dari seberang sana.Ia tengah berdiri di depan cermin, menyesuaikan gaun berwarna lembut yang mulai sedikit sempit karena perutnya yang membesar.Melvin terkekeh pelan, mencoba terdengar santai. “Itu artinya, aku yang lebih dulu datang, Thania. Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku kau tahu?”Thania menghela napas, separuh geli separuh jengkel. “Terserah kau saja, Melvin. Meja VIP nomor tiga kalau kau lebih dulu yang tiba.”“Baik, Sayang. Aku menunggumu di sana.” Melvin menutup panggilan tersebut, lalu menghela napas panjang, kali ini tidak disertai senyum. Sorot matanya berubah, bibirnya mengatup rapat.“Setidaknya Thania masih di rumah,” gumamnya pelan. Ia menggigit bi
Last Updated : 2025-06-04 Read more