“Aku masih tak percaya,” gumam Thania, menatap mata suaminya, “kita benar-benar bicara soal… bayi.”Melvin mengangguk pelan, senyum hangatnya menjawab lebih banyak dari kata-kata.Ia menyentuh pipi Thania dengan penuh kelembutan, lalu membisik, “Bukan sekadar bicara. Aku ingin melihatmu menggendong buah hati kita. Bayi kecil dengan mata sepertimu… dan senyum usil seperti aku.”Thania tertawa pelan lagi, pipinya memerah, bukan hanya karena kata-kata Melvin, tapi juga karena cara dia menatapnya—penuh keyakinan, harapan, dan cinta yang dalam.Tanpa terburu-buru, mereka saling mendekap. Bukan sekadar karena hasrat, tetapi karena keinginan yang tulus untuk mencipta—bukan hanya kehidupan, tapi juga kenangan baru.Melvin mencium kening istrinya, lalu pelan-pelan bibir mereka menyatu dalam ciuman yang hangat, panjang, dan penuh makna.Ciuman mereka makin dalam, tapi tetap tenang—seperti dua jiwa yang saling menyatu dalam kepercayaan yang
Last Updated : 2025-05-23 Read more