Suara sambungan telepon terhubung, Leo menarik napas dalam-dalam sembari menyiapkan kata-kata yang tepat, berusaha terdengar tenang dan berwibawa. “Hallo, Leo…” suara Nayla menyapa, bersama helaan napas berat yang terdengar janggal di seberang sana. “Hai, Nay… saya mau ngabarin. Sore ini saya harus keluar kota,” ucap Leo, terjeda sejenak menunggu reaksi Nayla. “Hmm..." sahut Nayla datar. Alis Leo berkerut. "Hmmm... aja gitu?" batinnya, lalu menambahkan. "Oh ya, pertemuan bisnisnya jam tujuh malam. Mungkin selesai itu saya akan nginep di rumah Mama. Kebetulan satu kota." “Oh..." Nayla masih menyahut datar. Leo mengepal jemarinya di atas meja. Heran, entah kenapa, ia justru lebih senang mendengar Nayla cerewet, rewel, bahkan ngambek—daripada cuek dingin seperti ini. “Kamu sendirian nggak apa-apa, kan?" tanyanya, sengaja memancing. "Saya nggak sendirian, ada Matteo... ada Pak Dirman juga. Lagian, biasa juga sendirian terus," jawab Nayla, akhirnya menyahut panjang, meski masih sedi
Huling Na-update : 2025-09-20 Magbasa pa