Semua Bab Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel: Bab 101 - Bab 110

Matahari sudah menjekang di pemukiman kumuh Kota Wada dengan aroma kopi pahit dan teriakan pedagang sayur yang memecah keheningan pagi. Peter Davis berdiri di balkon apartemen sederhana lantai tiga, memandang hiruk-pikuk aktivitas warga yang mulai bergeliat.Senyumnya tipis namun penuh makna, seperti seorang jenderal yang tengah merencanakan strategi perang besar."Dokter Peter, sudah bangun pagi sekali." Pak Wong muncul dengan dua cangkir teh hijau hangat, asapnya mengepul seperti kabut mistis. Pria setengah baya itu masih setia mengenakan kemeja putih lusuh yang telah dicuci berkali-kali.Namun matanya berbinar dengan semangat yang tidak pernah padam.Peter menerima teh itu sambil menghirup aromanya dalam-dalam. Keharuman daun teh berkualitas tinggi yang ia beli dengan hasil kerja keras bercampur dengan udara pagi yang segar."Pikiran yang jernih lahir dari pagi yang tenang, Pak Wong. Hari ini akan menjadi hari yang bersejarah."Di bawah sana, Bu Sari tengah menggantung cucian denga

Di dalam ruang pribadi yang mewah itu, Regina Xiao duduk di pangkuan Bobby Malone dengan gaun merah yang sangat pendek, rambut panjangnya tergerai menutupi sebagian wajah yang sedang dimabuk asmara. Bobby, dengan kemeja putih yang sudah terbuka beberapa kancing, sedang memeluk Regina dengan erat.Atmosfer ruangan dipenuhi aroma parfum mahal yang memabukkan, bercampur dengan cahaya redup yang menciptakan suasana intim. Musik lembut mengalir dari speaker tersembunyi, mengiringi momen kedekatan mereka.Jari-jari Bobby menelusuri lengan Regina dengan gerakan yang penuh perhatian, meninggalkan jejak hangat yang membakar kulit. Napas Bobby terputus-putus, berdansa di telinga Regina seperti bisikan rahasia yang hanya mereka berdua yang mengerti.Dunia di sekitar mereka menghilang, menyisakan hanya detak jantung yang bersahutan dalam harmoni cinta yang terlarang."Cium aku lagi, Bobby..." Regina merayu sambil menggeliat di pangkuan pria itu, suaranya serak penuh hasrat yang tidak terbendung.

Peter masih larut dalam sensasi luar biasa dari penyerapan energi dalam yang berkualitas tinggi. Tubuhnya bergetar halus ketika aliran energi murni Sandra terus mengalir masuk ke dalam sistem peningkatan dirinya.Ini adalah pengalaman spiritual yang tidak pernah dia dapatkan bahkan dari para wanita praktisi di Benua Zicari sekalipun."Dokter Peter... Anda mendengar saya?" Sandra bertanya untuk ketiga kalinya, kali ini dengan nada yang lebih keras dan penuh kekhawatiran. Dia bahkan sudah bersiap memanggil Michelle untuk meminta bantuan segera.Kekhawatiran Sandra semakin meningkat ketika melihat Peter yang masih diam terpaku dengan mata terpejam dalam waktu yang cukup lama. Apakah pria ini tiba-tiba sakit atau mengalami serangan sesuatu? Atau ada sesuatu yang salah dengan kondisi kesehatannya?Peter akhirnya membuka mata setelah berhasil menyerap sebagian besar energi dalam yang terpancar dari tubuh Sandra dengan sangat efektif. Wajahnya tampak segar dan berseri-seri, seolah baru saja

Peter berhenti tepat di depan pintu ruang pribadi tersebut dengan timing yang sempurna. Dari dalam masih terdengar suara percakapan yang samar-samar namun cukup jelas untuk dikenali.Jantungnya berdetak lebih cepat dengan antisipasi yang tinggi, ini adalah momen yang sudah dia tunggu-tunggu dengan penuh strategi."Sepertinya masih ada tamu penting di dalam," Peter berkomentar sambil memperhatikan celah pintu yang sedikit terbuka dengan mata yang tajam."Mungkin klien bisnis lain yang sedang mengadakan pertemuan penting," Sandra menjawab tanpa curiga sedikit pun terhadap niat tersembunyi Peter.Peter pura-pura tidak sengaja mendorong pintu sedikit lebih lebar dengan gerakan yang sangat halus, memberikan pandangan yang lebih jelas dan terang ke dalam ruangan mewah tersebut.Yang dia lihat selanjutnya membuat matanya membelalak tidak percaya dan hampir mengumpat dalam hati.Bobby Malone duduk berhadapan dengan Regina Xiao di meja makan yang sangat elegan, keduanya dalam posisi yang sanga

Regina menatap pintu yang baru saja ditutup Bobby dengan mata yang menyipit, mencerminkan perasaan yang campur aduk antara kecewa dan kesal. Bibirnya yang merah mengerucut, menunjukkan sisi kekanak-kanakan yang biasanya disembunyikan di balik citra profesionalnya.Peter mengamati perubahan ekspresi wanita cantik itu dengan perhatian seorang psikolog yang sedang menganalisis subjek penelitian. Inilah momen yang tepat untuk menanam benih keraguan yang akan tumbuh menjadi pohon masalah besar."Bobby itu menyebalkan!" Regina mengeluh dengan nada yang tidak lagi menjaga etiket artis papan atas. "Setiap kali ada Sandra Steel, saya langsung diperlakukan seperti orang asing!"Peter mendekat dengan langkah tenang, seperti konselor yang akan memberikan nasihat kepada klien yang sedang frustasi. Senyumnya hangat namun ada perhitungan di matanya."Nona Regina tampak sangat kecewa," Peter berkata dengan nada simpati yang terdengar tulus. "Saya bisa memahami betapa sulitnya berada dalam situasi sep