All Chapters of Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel: Chapter 401 - Chapter 410

Pak Darian menggeleng dengan keras, tangannya bergerak di udara seolah menolak dengan seluruh tubuhnya."Tidak, Tuan Peter. Ini memang harga yang wajar. Rumah itu sudah lama kosong, tidak ada yang menempati. Kami justru khawatir kalau tidak ada orang, rumah akan cepat rusak. Saya senang sekali jika ada orang baik seperti Tuan Peter yang mau menempatinya."Peter menatap mata pria paruh baya itu dan melihat ketulusan yang tidak bisa dipalsukan di sana. Tidak ada perhitungan licik, tidak ada agenda tersembunyi. Hanya keinginan tulus untuk membantu dan kepercayaan penuh terhadap Peter.Akhirnya Peter mengangguk dengan senyum tipis yang jarang muncul di wajahnya."Baik, Pak Darian. Saya terima tawaran Anda. Tapi izinkan saya membayar enam bulan di muka sebagai tanda terima kasih atas kepercayaan yang Anda dan kakak Anda berikan."Pak Darian terlihat sangat terkejut, matanya melebar dan mulutnya sedikit terbuka. "Tidak perlu segitu, Tuan Peter. Satu bulan saja sudah cukup untuk deposit. Itu

Dr. Lucien menatap Peter dengan mata yang menyipit, mencoba membaca pria di hadapannya. Ada sesuatu dalam ketenangan Peter yang membuatnya tidak nyaman, seperti melihat jurang yang dalam namun permukaannya terlihat seperti padang rumput yang damai."Baiklah," katanya akhirnya sambil menyilangkan tangan di dada, postur tubuh yang jelas menunjukkan sikap defensif dan tidak percaya. "Mari kita lihat bagaimana dokter tradisional menangani kasus gawat darurat yang sesungguhnya. Jangan sampai pasien mati di meja karena Anda sibuk mencari jarum yang tepat atau membaca buku kuno tentang titik meridian."Peter tidak menjawab. Ia hanya berdiri dengan tenang di samping nurse station, mata tajamnya mengamati aktivitas di sekitarnya. Cara perawat bergerak, cara dokter memberikan instruksi, sistem triage yang digunakan, protokol emergency yang diterapkan.Semuanya direkam dalam ingatannya dengan detail yang sempurna. Ini adalah medan perang baru, dan seperti prajurit yang baik, ia perlu memahami me

Qi yang Peter salurkan berwarna keemasan sangat pucat, hampir tidak terlihat bahkan bagi kultivator lain. Ia sangat berhati-hati untuk tidak memancarkan terlalu banyak energi hingga menyebabkan fenomena yang bisa dilihat oleh mata biasa.Energi itu mengalir masuk ke meridian jantung yang tersumbat. Seperti air sungai yang menemukan celah di bendungan, Qi itu perlahan membuka blokade, melarutkan sumbatan energi negatif yang menumpuk.Meridian yang tadinya kacau mulai teratur. Aliran energi yang tersumbat mulai lancar. Tekanan yang berlebihan di satu titik mulai terdistribusi merata ke seluruh sistem.Dr. Lucien yang berdiri di luar ruangan menatap melalui jendela kaca dengan wajah yang keras. Di sampingnya, dr. Nathan berbisik dengan nada yang penuh harap. "Sebentar lagi kondisi pasien pasti memburuk. Kita harus siap mengambil alih.""Siapkan defibrillator," perintah Dr. Lucien kepada perawat lain. "Dan panggil tim jantung. Kita mungkin perlu melakukan cardiac arrest protocol."Namun y

Jam dinding di ruang jaga menunjukkan pukul 02.15 dini hari dengan jarum detik yang bergerak perlahan seperti waktu yang enggan berlalu. Peter duduk di kursi lipat tua yang pegas duduknya sudah aus, kepala bersandar di dinding dingin yang dicat hijau mint khas rumah sakit.Matanya tertutup namun tidak sepenuhnya tidur. Ini adalah meditasi ringan yang ia pelajari bertahun-tahun lalu, teknik untuk mengistirahatkan tubuh fisik sambil tetap menjaga kesadaran spiritual agar bisa bereaksi cepat jika ada bahaya.Ruang jaga IGD di malam hari memiliki suasana yang unik. Lampu neon di langit-langit berkedip sesekali karena ballast yang sudah tua. Suara dengkuran pelan dari dr. Nathan yang tidur di sofa seberang tercampur dengan dengungan kulkas kecil yang menyimpan obat-obatan darurat.Di luar jendela, Kota Teratai masih hidup meski sudah lewat tengah malam. Lampu-lampu gedung pencakar langit berkilauan seperti bintang yang jatuh ke bumi. Suara kendaraan sesekali terdengar dari jalan raya yang

Dr. Nathan tertawa sinis. "Parasit? Kita sudah melakukan tes darah cepat. Tidak ada parasit apapun.""Karena ini bukan parasit biologis," jawab Peter sambil mengambil tiga jarum perak dengan panjang berbeda. "Ini parasit spiritual."Keheningan turun di ruangan. Beberapa perawat saling melirik dengan tatapan tidak percaya. Dr. Lucien menyipitkan mata, tidak yakin apakah Peter bicara serius atau sedang mencari alasan untuk metodenya yang tidak biasa.Peter mengabaikan semua tatapan itu. Ia mulai menusukkan jarum pertama tepat di titik Baihui di puncak kepala pasien. Jarum kedua masuk di titik Tanzhong di tengah dada. Dan jarum ketiga ditusukkan di titik Qihai di perut bagian bawah.Tiga titik yang membentuk garis vertikal di tubuh, menghubungkan meridian utama dari kepala hingga ke pusat energi vital.Namun yang dilakukan Peter selanjutnya membuat semua yang hadir terperangah. Ia meletakkan kedua telapak tangannya di udara, sekitar sepuluh sentimeter di atas tubuh pasien, lalu mulai men