Semua Bab Cutie Bodyguard : Bab 31 - Bab 40

32*Grup Pengawal Lapis Tiga* Jauhari : Kalian pada ngumpul semua. Aku jadi sedih. Aditya : Kita senasib, @Ari. Jauhari : Belum mudik? @Aditya. Aditya : Belum. Nanti, seminggu sebelum lebaran. Jauhari : Aku baru bisa pulang H minus 3. Avreen yang pulang duluan. Yusuf : Nanti aku jemput, @Ari. Jauhari : Jemput, kumaha? @Yusuf. Yusuf : Aku dan Hisyam ikut pesawat yang mau jemput Avreen. Pulang ke sini, bareng rombonganmu dan para bos. Jeffrey : Ikut! Qadry : Jangan tinggalkan aku, Gaes! Chairil : Aku pengen ikut, tapi istri sudah minta mudik ke Bandung, H minus 5. Hisyam : Ikuti aja, @Chairil. Fawwaz : Aku juga mau lebaran di Purwakarta. Gimana, dong? Hisyam : Yang mau mudik dengan keluarga, jangan ditunda. Urusan Ari, biar aku sama Yusuf yang handle. Nanang : Aku pasti ikut ke Sydney. Ibrahim : Aku sudah beli tiket ke Bangka. Padahal pengen ke Sydney. Yusuf : Lanjut. @Ibrahim. Jauhari : Kita bisa ketemuan di Jakarta, @Chairil, @Fawwaz, @Ibrahim. Chairil : Oke. Hari k

34Waktu terus bergulir. Minggu sore, kediaman Gamal Dewawarman dipenuhi banyak orang. Mereka tengah mendengarkan tausiah dari Ustaz terkemuka, sambil menunggu waktu berbuka puasa. Yusuf yang datang bersama rekan-rekannya, memangku Renze yang sejak tadi sibuk mondar-mandir. Nanang yang berada di sebelah kanan Yusuf, bergegas memegangi Marwa yang hendak menyambangi ayahnya. Gadis kecil berbaju sage, terpaksa duduk di pangkuan Nanang. Marwa hendak bangkit, tetapi kemudian dia terdiam saat Yusuf mengulurkan sebatang cokelat kecil, yang diambil Marwa dengan cepat. Nanang membantu membukakan bungkus cokelat dan memberikannya pada Marwa, yang menikmati kudapan manis itu dengan lahap.Wirya menggeleng pelan menyaksikan putrinya sibuk menikmati cokelat. Sang direktur utama PBK itu, tidak bisa memprotes cara Yusuf mengasuh Marwa dan yang lainnya. Sebab, dengan diberikan cokelat, para bocah akan langsung tenang. Berbeda dengan Hisyam yang tegas dan Jauhari yang lembut hati, Yusuf memiliki s

36Awal malam itu, suasana unit apartemen yang ditempati tim PBK di Sydney, terlihat ramai. Meskipun unit itu cukup luas, tetapi mereka tetap berdesak-desakan, agar bisa ikut berkumpul. Seusai berbuka puasa, para anak muda tersebut bergantian menunaikan ibadah di tiga kamar yang tersedia. Kemudian mereka bergegas keluar menuju lift, untuk turun ke lantai satu. Tidak berselang lama, beberapa mobil MPV berbagai warna, telah keluar dari area gedung apartemen. Semua sopir melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang, menuju masjid terdekat. Setibanya di sana, Yusuf dan rekan-rekannya bergegas menuju tempat wudu, kemudian mereka memenuhi saf tengah yang masih lowong. Avreen dan ketiga perempuan lainnya, melakukan salat di deretan depan bagian perempuan. Mereka tampak khusyuk melakukan ibadah, hingga salat tarawih usai. "Gaes, Pak Bryan sudah nunggu di restoran," cakap Dedi, seusai membaca pesan dari presdir HKB tersebut. "Sama Mbak Sekar?" tanya Hisyam. "Iyalah. Nggak mungkin sama pe

38 Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Rombongan tim Indonesia berangkat pulang ke tanah air. Mereka menggunakan dua pesawat pribadi, yakni milik Sultan Pramudya dan Timothy Arvhasatya. Sepanjang perjalanan yang berlangsung selama lebih dari 7 jam itu, Yusuf dan rekan-rekannya memutuskan untuk tidur. Kecuali Jauhari, yang sangat antusias untuk mudik, setelah merantau 2 tahun. Sesampainya di tempat tujuan, semua penumpang turun. Mereka bergegas menuju ruang tunggu khusus pesawat pribadi, untuk menemui sanak saudara yang telah menunggu sejak tadi. Suasana haru menyelimuti tempat itu, ketika keluarga Jauhari, Harzan, Chalid dan Irham, menyambut keempat ajudan itu dengan tangisan. Sebab turut terlibat dalam perkelahian tempo hari, Harzan, Chalid dan Irham terpaksa menjadi tahanan kota, seusai dibebaskan oleh hakim pengadilan negeri Kota Sydney. Hanya Nuriel, yang langsung pulang beberapa bulan lalu. Sementara Irham dan Chalid menambah masa dinas mereka selama setahun, untuk menjaga

40Naysila menunduk sesaat setelah Gamal mengumumkan rencana lamarannya, yang akan berlangsung dua pekan mendatang. Pekikan ketiga Kakak sepupunya menjadikan Naysila meringis. Dia tersipu-sipu ketika Sekar, Maudy dan Utari menggodanya. Setelahnya, ledekan berpindah pada Heru, Tohpati dan Atalaric yang menanggapinya dengan santai. Ketiga lelaki tersebut justru tersenyum, ketika diomeli Sulistiana dan Rustina, yang kesal karena putra-putra mereka masih betah melajang. "Aku nunggu Mas Heru nikah, baru aku nyusul," kilah Tohpati. "Aku setelah Mas Pati," cakap Atalaric. "Tahu-tahu, kalian dilewati Nirpataka," seloroh Ezhar, Ayah Tohpati. "Aku masih lama, Yah. Baru juga 27 tahun," sanggah Nirpataka. "Biar ketiga Mas ini dulu. Aku penutup, nggak apa-apa," lanjutnya. "Seumurmu dulu, Ayah sudah punya anak satu," balas Ezhar. "Masa kita berbeda. Sekarang, harus siap lahir batin, sebelum memutuskan untuk mengikat diri pada satu orang," ungkap Nirpataka. "Dalem, nih," kelakar Damsaz. "N