22"Assalamualaikum," sapa Yusuf. "Waalaikumsalam," jawab Naysila. "Abang, di mana?" tanyanya. "Baru nyampe resort.""Hmm, pantesan, aku chat dan nelepon ke nomor yang satu lagi, nggak bisa-bisa." "Maaf. Tadi nggak ada sinyal di laut." "Ehm, ya." "Nelepon aku, ada apa, Sayang?" Naysila berdecih. "Sayang-sayang. Ngeselin!" "Aku kangen." "Mulai!" "Beneran, Nay." "Aku lagi bete ini. Jangan dicandain." Yusuf terdiam sejenak, lalu dia bertanya, "Apa kamu dihubungi si kursi rotan?" "Kok, tahu?" "Aku calon cenayang PBK." Sudut bibir Naysila melengkungkan senyuman. "Iya, Pak dukun." Yusuf terkekeh dan menyebabkan Naysila tertegun. Gadis bermata besar tersebut, tiba-tiba merindukan lelaki yang sedang tertawa di seberang telepon. Naysila memegangi dadanya yang terasa berat oleh rindu yang mencuat. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan, untuk menekan rasa kangen yang kian memuncak. "Nay, aku lagi jalan ke pantai. Mau naik jetski, sama Beni," terang Yusuf, sembar
Terakhir Diperbarui : 2025-05-17 Baca selengkapnya