Kaisar Edmure berdiri di atas balkon, sorot matanya tajam menusuk malam, menatap murka ke arah api yang berkobar liar, melahap habis bagian Utara istana kekaisaran. Lidah-lidah api menjilat langit, menyembur merah dan oranye. Di bawah sana, kekacauan meledak dan prajurit berlarian, suara teriakan, derak bangunan runtuh, dan denting senjata bersahut-sahutan. Bau kayu terbakar, kain, dan darah menjadi aroma malam yang busuk dan menyiksa.Namun Edmure tidak bergeming. Wajahnya datar dan dingin. Seakan ia sedang menikmati setiap jerit kesakitan yang dibawa angin malam. Jubah hitam-keemasannya berkibar pelan diterpa angin, seolah ikut mengolok-olok kelemahan para bawahannya."Siapa yang membiarkan seekor tikus masuk ke rumahku, membawa api dan darah?" desis Edmure. Tak seorang pun menjawab."SIAPA?!"Suara Kaisar membahana, menggema hingga ke gerbang luar istana. Bahkan langit tampak bergetar mendengar murkanya.Count Sebelius berlutut satu kaki, peluh membasahi pelipisnya, napasnya ter
Terakhir Diperbarui : 2025-07-31 Baca selengkapnya