Home / Historical / Istri Palsu Grand Duke / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Istri Palsu Grand Duke : Chapter 1 - Chapter 10

15 Chapters

1

"Ibu... aku tidak mau." Suara Lyra Valeska d’Argelline bergetar, nyaris tenggelam oleh suara gemeretak rantai saat ia berlutut di depan sel. "Aku tidak ingin menikah dengan Grand Duke Vordane. Jika aku menerima tawaran Lady Ilmae ... bagaimana dengan Ibu di sini?" Di hadapan Lyra, terkurung dalam sel sempit, duduk sosok wanita ringkih yang pernah menjadi Lady Serephina Elore d’Argelline. Dulu ia pernah menjadi wanita tercantik dan terpandai di lingkaran dalam bangsawan, kini yang terlihat hanya wanita kurus dengan tulang terbungkus kulit. Gaun penjara Serephina lusuh, rambut yang dulu seindah malam kini kusam dan acak-acakan, wajah wanita itu pucat dan tirus. Pergelangan tangannya memerah lecet karena belenggu besi kasar yang menahannya ke dinding – hukuman kejam atas tuduhan palsu perselingkuhan dan pengkhianatan. Serephina mengangkat kepala perlahan, matanya yang dulu bersinar kini redup penuh luka. "Lyra... Anakku." Suara Serephina serak sebab jarang digunakan. "Justru karena
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

2

"Apa yang harus aku lakukan? Aku belum pernah bertemu dengan Grand Duke Leonhard... hanya mendengar desas-desus mengerikan di kalangan pelayan... Iblis Perang... dari Utara... Bagaimana jika dia tahu? Bagaimana jika dia menolakku di altar nanti?" Lyra Valeska d’Argelline meremas kedua tangannya yang dingin di pangkuan. Gaun pengantin mewah bertabur berlian—kiriman Kaisar Edmure, ironisnya—terasa seperti rantai yang mencekik seluruh tubuhnya. "Bukan hanya kau yang akan digantung... aku pribadi akan memastikan ibumu... merasakan neraka di bumi..." Ancaman Lavinia menusuk seperti duri es. "Dan jangan lupa, kau harus menemukan bukti sesuai perintah Kaisar Edmure." Kalimat-kalimat Lavinia dan Lady Ilmae terus menghantui pikiran Lyra. 'Bukti dari kerajaan Vordane?' Lyra bergumam. Bagaimana dia seorang pengganti yang diawasi setiap geraknya, bisa melakukan tugas mata-mata untuk Kaisar Edmure—pria yang licik yang jelas-jelas bersaing sengit dengan Leonhard dalam hal kekuasaan?
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

3

"Whoa ... Putri Lavinia, dari Baron ternyata memiliki wajah yang cantik! Jauh berbeda dari rumor!" bisik seorang bangsawan, suaranya tertahan namun cukup jelas memecah keheningan sesaat di Katedral Agung. "Kecantikan yang begitu alami... tapi lihat matanya, ada ketakutan di sana. Dan dia sangat kurus," timpal suara lain dari kerumunan tamu. Riak kekaguman bercampur keterkejutan itu menyebar cepat setelah kerudung pengantin wanita—yang kini dikenal sebagai Putri Lavinia Estel d’Avarel—diangkat, menampakkan wajah Lyra yang pucat namun memikat di bawah cahaya jendela kaca patri. Di antara para tamu, Lady Mathilda menyipitkan matanya yang teduh, lalu berbisik pada Darren Vordane di sebelahnya, "Kak ... Ini sangat aneh, untuk wanita dari perbatasan terpencil, tidak mungkin wanita itu memiliki wajah yang begitu terawat, simetris, dan aristokratik. Bahkan sikapnya terlalu tenang..." Darren hanya mendesis sebagai balasan, meremehkan, "Cantik atau tidak, tetap saja darahnya tidak pan
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

4

"Mathilda?!" Kengerian baru mencengkeram Lyra bahkan saat bibir dingin dan kasar itu menyambar bibirnya tanpa peringatan. Nama asing yang dilirihkan Leonhard sesaat sebelum menerjang Lyra terasa lebih menakutkan daripada tatapan dingin pria itu di altar. Leonard tidak hanya membenci Lyra, tapi ia bahkan tidak melihat dirinya. Dengan sisa tenaga, Lyra mendorong dada keras Leonhard. "Tu-Tunggu! Yang Mulia! Anda salah—" Leonhard menggeram, cengkeramannya menguat. Sang Grand Duke melepaskan ciumannya sesaat. "Ya, aku yang salah. Karena memang itu yang selalu terlihat," ujar Leonhard, suaranya terdengar lirih. Leonhard kembali melumat bibir Lyra, kasar, menuntut. Lyra meronta, memalingkan wajahnya dengan susah payah. "Yang Mulia, tolong ... Hentikan! Saya bukan dia! Saya bukan Mathilda!" teriak Lyra, suara parau menembus paksaan itu, berharap menyadarkan pria yang mencumbuinya. Leonard melepaskan ciumannya lagi, tertawa serak, getir. Lalu berdesis di depan wajah Lyra. "Kau
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

5

"Bolehkah aku masuk?" Suara lembut itu membuat Lyra, yang sedang meringis menahan nyeri saat mencoba duduk di ranjang, menoleh kaget. Sosok wanita cantik berdiri di ambang pintu yang sedikit terbuka, cahaya pagi membingkai rambut pirang sutranya. Lyra merapatkan selimut di tubuhnya secara refleks. "La-Lady...?" tanya Lyra gugup. Wanita itu tersenyum hangat, menampakkan lesung pipit samar. "Mathilda Vordane," wanita anggun itu memperkenalkan diri, melangkah masuk diikuti beberapa pelayan yang mendorong troli makanan. "Adik dari Leonhard." Lyra tertegun sesaat oleh kecantikan dan keanggunan wanita di hadapannya. Kulitnya seputih kelopak bunga lily, matanya biru teduh. "Ah... ya, tentu saja. Masuklah, Lady Mathilda." Lyra mencoba tersenyum. "Anda... Anda sangat cantik." Pipi Mathilda bersemu merah jambu samar mendengar pujian tulus itu. Ia mendekat ke arah ranjang dengan langkah ringan. "Terima kasih, Kakak Ipar," balas Mathilda lembut. "Panggil saja aku Mathilda. M
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

6

"Ya Dewa! Kakak ipar muntah darah?" seru Mathilda, menutup mulutnya dengan tangan. Leonhard mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh, rahang itu mengeras. 'Muntah darah?' Pikiran Leonhard penuh curiga.Baru sehari wanita itu tiba di sini, haruskah ada drama semacam ini? Akal-akalan apa lagi ini?Leonard teringat saat meninggalkan kamar itu dini hari tadi; wanita itu tampak lemah karena kejadian semalam, tapi tidak terlihat sakit parah.Bagaimana bisa tiba-tiba?Leonhard menatap tajam ke arah pelayan. "Apa kau yakin?!" tanya Leonhard dingin, menuntut kepastian.Pelayan itu mengangguk. "Ya, Yang Mulia Grand Duke. Saya melihat sendiri... Grand Duchess tampak sangat kesakitan sambil memegangi perutnya. Saya mencoba menenangkan beliau ... tapi ... tapi beliau tiba-tiba muntah darah ... dan langsung pingsan," jawab pelayan itu terbata-bata.Mathilda dengan lembut merangkul lengan Leonhard, wajahnya yang cantik tampak pucat nun gelisah. "Kak Leon..." panggil Mathilda lirih, "Dia istrimu.
last updateLast Updated : 2025-04-30
Read more

7

"Yang Mulia Count, apa kita akan mengundang menantu kita untuk sarapan bersama pagi ini? Sekadar formalitas penyambutan." Lady Celeste menyesap tehnya dengan anggun. Count Albrecht Vordane, yang tengah merapikan kerah jubah di depan cermin besar berukir itu menjawab, "Seharusnya demikian, Celeste. Bagaimanapun, dia sekarang sudah menjadi menantu kita. Protokol harus dijaga, terutama karena pernikahan ini adalah titah Kaisar." "Benar. Kita tidak ingin ada kesan..." Tok, tok, tok! Ketukan tergesa di pintu menginterupsi ucapan Celeste. Keduanya menoleh. "Masuk!" seru Count Albercht. Krek! Pintu di buka, seorang pelayan pribadi masuk dengan membungkuk dalam, wajahnya pucat dan tampak gugup. "Maaf mengganggu, Yang Mulia Count, Yang Mulia Lady. Saya membawa kabar mendesak dari kamar Grand Duchess." Celeste meletakkan cangkirnya, alis terangkat. "Kabar apa?" "Yang Mulia Grand Duchess Lavinia... ditemukan pingsan pagi ini... beliau... beliau muntah darah." Count Albrecht dan Lad
last updateLast Updated : 2025-04-30
Read more

8

"Akkhh ... Yang Mulia Grand Duke..." Cengkeraman itu menyakitkan, membuat Lyra meringis dan pandangannya sedikit memburam. Lyra bisa merasakan getaran amarah dari jari-jari kuat yang menekan tulangnya. Harga diri pria seperti Grand Duke jelas terusik hebat. "Berani sekali ... mulut kotormu itu mengucapkan hal serendah itu padaku?" Mata Loenhard menyipit, kekejaman murni itu terpancar. "Kau pikir siapa dirimu, hah? Berani menghinaku setelah... setelah kejadian semalam?" Cengkeraman Leonhard mengerat. Lyra bisa merasakan kuku Leonhard sedikit menekan di kulit pipinya. "A-aku hanya..." Lyra mencoba bicara, suara tercekik. "Hanya apa?!" sungut Leonhard. "Hanya jalang tak tahu malu yang mencoba membalikkan keadaan? Mengungkit reaksiku yang tak terkontrol karena anggur sialan itu dan kau berpikir itu memberimu kuasa?" Ia tertawa dingin, tawa yang membuat bulu kuduk Lyra berdiri. "Jangan bermimpi." Tatapan Leonhard menajam, mengunci mata Lyra. "Dengar baik-baik, 'Grand Duchess'
last updateLast Updated : 2025-04-30
Read more

9

"Kerjakan tugas kalian saja dan jangan mempertanyakan apapun," kata Lyra ketika ia menyadari reaksi para pelayan. Para pelayan pun tak lagi melanjutkan perkataannya, ketika ucapan salah satu pelayan langsung di sela oleh Lyra. "Ba-baik, Yang Mulia Grand Dhucess." Beberapa pelayan segera menyelesaikan tugas mereka mekti mereka begitu miris melihat punggung Lyra yang penuh memar dan tulang punggung tengah itu tampak sangat menonjol karena kurus. "Sudah selesai, Yang Mulia." Lyra menatap pantulan dirinya di cermin besar berukir emas itu. Gaun biru malam yang ia pilih memang yang paling sopan, tapi potongannya yang asing dan warnanya yang pekat tetap terasa bukan seleranya. Kain itu menggantung agak longgar di tubuh Lyra yang terlalu kurus—tulang punggungnya yang menonjol dan memar-memar samar di punggungnya adalah bukti bisu jika ia telah disiksa oleh Lady Ilmae dan Lavinia. Leonard tentu saja tidak melihat bekas memar-memar itu, sebab saat pria angkuh itu menggauli Ly
last updateLast Updated : 2025-04-30
Read more

10

"Apa aku ketahuan?" Jantung Lyra serasa berhenti berdetak saat suara merdu Mathilda memanggil namanya—atau lebih tepatnya, nama wanita yang ia perankan. Rasa panik dingin menjalari punggung Lyra. Bukan karena langkah kaki Mathilda yang semakin mendekat, melainkan jika Mathilda mengira ia memang sengaja menguping pembicaraan penting mereka. 'Oh Tuhan, bagaimana caranya aku menjelaskan kehadiranku di sini?' Mathilda sudah sampai di ambang pintu kaca yang terbuka, senyum wanita itu tetap manis tanpa cela. "Kakak Ipar? Lady Lavinia? Sedang apa berdiri sendirian di depan taman kaca seperti pencuri?" Pertanyaan Mathilda dibungkus keramahan, tapi Lyra tak bisa mengabaikan pilihan kata 'pencuri' itu.Lyra mendengus dalam hati sebelum ia membalikkan badan, memaksa senyum terbaiknya. "Oh... Hai, Lady Mathilda." Sapanya, berusaha terdengar santai. "Tadi... aku tidak sengaja lewat. Dan sungguh tidak menyangka ada taman seindah ini di Vordane," jawab Lyra, mengalihkan perhatian pada keindahan
last updateLast Updated : 2025-05-05
Read more
PREV
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status