Rania tak menunjukkan keterkejutan. Ia menaruh nampan berisi vodka dan botol Jameson ke atas meja dengan gerakan tenang. “Pesanan kamu, Pak. Mau saya tuangkan sekalian?” ucapnya datar, seperti sedang melayani pelanggan asing. Yoga terkekeh kecil, sinis. “Astaga ... jadi ini kerjaan kamu sekarang? Club? Jadi pelayan atau pelacur sekalian?” Rania mendongak, menatapnya lekat. Bibirnya menyeringai. “Masih sopan kamu manggil aku pelayan. Tapi lebih sopan lagi kalau kamu berhenti sok suci. Laki-laki bangkrut, jobless, muka kayak biawak nyungsep, nongkrong sendirian sambil mabuk, gak punya harga diri ... apa kabar, Yoga?” Yoga tertawa kecil, walau getir. Ia mengangkat gelas vodka, menenggaknya langsung. Cairan bening itu menghanguskan tenggorokannya. “Masih tajam lidahmu, ya. Tapi lucu juga, kamu yang dulu sok alim, sekarang joget di bawah lampu disko. Pasti enak digelitikin om-om, ya?” Rania tertawa pelan, tajam dan menusuk. “Daripada kamu yang digelitikin debt collector. Aku ngg
Last Updated : 2025-05-23 Read more