All Chapters of CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU: Chapter 21 - Chapter 30

Lima tahun yang lalu…”Jadi ini yang kalian lakukan saat semua pegawai sudah pulang?”Adrian dan Miranti kaget bukan kepalang saat suara keras terdengar di belakang mereka. Keduanya langsung melepaskan pelukan, dan menoleh ke arah pintu.Miranti hanya bisa menundukkan kepala saat Nyonya Linda Himawan berdiri berkacak pinggang dengan mata melotot di ambang pintu. Adrian yang mendengar teguran itu juga hanya bisa berdiri kaku.”Maaf, Nyonya Linda,” sahut Miranti takut.Miranti sangat mengenal Nyonya Linda Himawan. Istri Direktur sekaligus petinggi eksekutif di Andromeda Mall tempatnya bekerja sebagai pegawai magang.”Ini bukan tempat untuk pacaran,” ujar Linda dengan nada dingin, ”Apalagi setelah jam kerja.”Adrian akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, “Kami minta maaf. Tapi ini tidak seperti yang Anda pikirkan.””Oh begitu?” Linda menatap lekat-lekat kedua muda-mudi yang tertangkap basah olehnya itu, ”Lalu apa yang sedang kalian lakukan malam-malam begini, berpelukan di tempat y

Miranti tersenyum menatap Bianca yang berceloteh dalam gendongannya. Bayi tiga bulan itu mengoceh dengan bibir mungilnya, pipinya yang gemuk merona kemerahan. Membuat Miranti tak bisa menahan diri untuk mengecup pipinya.Sudah tiga bulan Miranti bekerja sebagai wet nurse paruh waktu di rumah Adrian. Setelah Asti mengundurkan diri, Miranti sepenuhnya merawat Bianca.Kehangatan menjalar di hatinya setiap bersama Bianca. Entah bagaimana, bayi bermata besar dengan senyum menggemaskan ini telah mencuri sebagian besar hatinya.Miranti menikmati semua momen. Memandikan Bianca di pagi hari dengan air hangat, menyusuinya meski bayi itu mulai bisa menggigit, atau bermain dan bercanda dengan Bianca yang selalu disambut dengan tawa riangnya.Sepanjang hari, Miranti menghabiskan waktunya di kamar Bianca. Kamar yang disediakan Adrian untuknya tak pernah digunakan. Miranti lebih nyaman tidur di kamar Bianca.Sore itu, setelah memandikan Bianca, ketika Miranti sedang bercanda dengannya, terdengar lan

Sebuah sedan mewah melaju tenang di antara kemacetan Jakarta. Di kursi belakang, Linda Himawan memandang keluar jendela dengan pikiran menerawang.Selama perjalanan dari bandara, ia nyaris tidak bicara pada sopir Adrian. Perjalanan panjang dari Paris membuatnya lelah, tapi bukan itu yang memenuhi benaknya.Linda sudah tidak sabar ingin bertemu dengan cucunya. Ia merasa perjalanan dari bandara ke rumah Adrian sangat lama.Setelah rasanya berjam-jam perjalanan, mobil berhenti di depan rumah mewah dengan pagarnya yang tinggi. Seorang satpam membuka gerbang untuk mereka dan sopir melajukan mobilnya masuk ke dalam carport.”Nyonya Linda, kita sudah sampai,” sopir itu berkata sambil membuka pintu.Linda turun dengan anggun. Blazer biru navy membalut tubuh langsingnya yang tampak tak tersentuh proses penuaan. Linda memang tampak awet muda meski usianya sudah 57 tahun.Begitu pintu depan terbuka, Linda melangkah dengan dagu terangkat, sementara sopir mengikuti di belakang membawa kopernya. Se

Linda memasuki kamar tamu yang telah disiapkan untuknya. Begitu pintu tertutup, senyum sinis tersungging di bibirnya.Ia meletakkan tas tangannya di atas meja rias, lalu duduk di tepi ranjang, matanya menerawang ke luar jendela yang menghadap taman belakang.Bayangan wajah Miranti terus bermain di benaknya. Ada sesuatu yang sangat familiar, sesuatu yang mengganggu ingatannya. Linda berusaha keras mengorek memorinya tentang Miranti.”Ya Tuhan,” bisik Linda nyaris tak terdengar. ”Itu gadis yang sama!”Perlahan-lahan, ingatannya tentang Miranti mulai pulih.”Miranti,” Linda bergumam, mengulang nama itu dengan nada mencemooh. ”Tentu saja.”Ingatannya melayang pada peristiwa lima tahun lalu.Linda ingat bagaimana amarahnya langsung tersulut saat mengetahui Adrian berpacaran dengan Miranti.Adrian adalah penerus tunggal kerajaan bisnis Himawan. Ia pantas mendapatkan pendamping dari keluarga terpandang, bukan sekedar pegawai magang yang bahkan belum lama bekerja di Andromeda Mall.”Perempuan

Linda semakin mengambil alih kendali di rumah Adrian. Sejak kedatangannya, perubahan besar terjadi di seluruh rumah. Apalagi akhir-akhir ini Adrian disibukkan dengan pekerjaannya di kantor.Adrian pergi bekerja lebih pagi dan pulang lebih larut karena pekerjaannya yang menumpuk. Ketidakhadirannya memberikan kesempatan bagi Linda untuk menjalankan ”kekuasaan” barunya.”Unti!” Linda berteriak dari ruang tengah pagi itu. ”Kenapa masih ada debu di meja ini? Kau sudah bersihkan berapa kali?”Unti, asisten rumah tangga yang baru beberapa bulan bekerja di rumah Adrian, bergegas menghampiri dengan lap di tangan.”Maaf, Nyonya. Saya sudah membersihkannya tadi pagi.””Tadi pagi?” Linda mendengus. ”Jelas sekali kau melakukannya asal-asalan. Lap ulang seluruh ruangan, dan pastikan tidak ada debu sedikit pun tertinggal.”Unti mengangguk patuh dan mulai mengelap meja dengan cepat dan teliti. Biasanya, ia selalu bersenandung kecil saat bekerja. Kini, bibir yang biasa menyanyikan lagu itu terkatup ra