All Chapters of Pembalasan Menantu Terkuat: Chapter 251 - Chapter 260

Bara menyalakan rokoknya dan menghirup aroma tembakau.Suara adzan magrib memanggil semua orang untuk menghentikan aktivitasnya termasuk Bara yang segera masuk kedalam rumah untuk menunaikan kewajibannya.“Pappaa,” panggil Alma yang sudah terbangun, dan juga sudah mandi dan berganti baju.“Iya, Sayang,” jawab Bara sambil menggendong Alma naik ke lantai atas ke kamarnya.“Kamu mau bawa Alma ke kamar?” tanya bu Aisah yang tadi mengikuti Alma.“Iya bu, nanti setelah shalat Bara bawa turun lagi,” ujar Bara.“Baju kamu bekas rokok, Nak,” peringat bu Aisah.“Oh iya, maaf sayang,” ujar Bara kepada Alma dan menurunkan Alma dari gendongannya.Kemudian Bara hanya membimbing Alma naik ke lantai atas, karena Alma tidak mau ditinggal.“Nah, Alma tunggu sini ya. Papa mau ganti baju dan shalat. Oke, anak baik?” ujar Bara kepada Alma.Alma hanya mengangguk.Alma bermain di atas karpet dengan beberapa mainan yang tadi dibawa dari bawah.“Miik,” panggil Alma saat melihat foto Salma yang tergantung di d

"Ma," panggil Bara yang melihat bu Bira hanya terdiam sedari tadi."Iya," jawab bu Bira sambil melihat ke arah Bara."Mama sakit?" tanya Bara."Iya sakit hati," ingin rasanya bu Bira menjawab demikian namun hal itu hanya tertahan dalam hatinya kemudian bibirnya menyunggingkan senyum."Enggak kok, nak," jawabnya pelan."Kalau sakit tidak usah ke kantor, Ma," ujar Bara perhatian."Mama gapapa nak," ujar bu Bira kembali melanjutkan sarapannya."Boleh Bara minta pak Tigor untuk menyelesaikan yang kemarin?" tanya Bara."Gak usah nak, nanti aja," jawab bu Bira."Okelah kalau mau mama seperti itu," jawab Bara."Lo dirumah aja kan hari ini?" tanya Bara kepada Alin"Gua mau ajak anak-anak main, boleh?" izin Alin kepada kakaknya."Kemana?" tanya Bara."Mall xxx," jawab Alin."Sama Rigo, ibu dan juga bik Sri ya?" saran Bara."Boleh, bik Rasi dan mbok Inah gak ikut?" tanya Alin."Kalau mereka mau ikut gapapa, tapi ajak Rido juga," ujar Bara."Kenapa pake pengawal semua, bang?" tanya Alin."Buat b

"Kakak kamu yang dulu sering ikut om Bizar?" tanya Ainel."Iya," jawab Alin."Ah mungkin lupa-lupa ingat," kekeh Ainel."Kak Alana sudah menikah," ujar Alin."Alhamdulillah," jawab Ainel."Suaminya mas Ben, kata abang mas Ben teman kak Ainel," ujar Alin membuat Ainel terbelalak."Bendra Andika?" tanya Ainel tak percaya.Alin hanya mengangguk sambil tersenyum."Ya ampun betapa sempitnya perputaran dunia," gumam Ainel.Saat ini giliran Alina yang tertawa."Benar banget kalau bumi itu berputar mengitari porosnya, dan ujung-ujungnya kita akan bertemu di satu titik," kekeh Alina."Apakah papa kamu tahu, bahwa Bara pernah menikahi putri dari orang yang telah menyakitinya?" tanya Ainel."Tahu.""Tanggapan beliau?" tanya Ainel lagi."Yah biasa aja, bahkan kemarin abang sempat bilang mau rujuk sama kakak. Papa mendukung kok," ujar Alin sambil menatap tajam mata Ainel.Ainel hanya menunduk dan menghela nafas kasar."Ehmm." Bara berdehem dan kembali bergabung bersama Alin dan Ainel."Makan yuk,"

"Kamu gila ya mau bawa anak-anak ke desa?" tanya bu Bira emosi mendengar Bara mau kedesa. "Emang kenapa, Ma?" tanya Bara bingung. "Desa itu jauh, anak-anak akan capek! Dan siapa anak-anak yang kamu maksud?" tanya bu Bira lagi. "Ya ketiganya ma, lagian kan perjalanan paling hanya tiga jam, Ma. Dan besok sore kami pulang kok," jawab Bara santai. "Siapa aja?" tanya bu Bira kemudian karena merasa percuma melarang, Bara akan tetap pergi. "Hanya Bara, Ainel, anak-anak dan Jojo kok," jawab Bara berlalu ke kamarnya untuk ambil tas dan baju ganti. "Bik Sri tolong bantu siapin baju Tama dan Rikel ya mau pergi ke desa nginap hingga besok," ujar Bara minta tolong kepada Bik Sri. Sebelumnya Bara juga ke kamar bu Aisah untuk meminta bantuan persiapan keperluan Alma. "Bu," panggil Bara setelah mengetuk pintu. "Iya, Nak," jawab bu Aisah sembari membuka pintu kamarnya. "Alma tidur?" tanya Bara. "Gak. Tuh lagi main," jawab bu Aisah menunjuk Alma yang sedang asyik bermain di karpet, sembari m

"Tama, telponan sama omanya di sana aja. Kakek masih makan sama Papa," ujar Bara lembut. Tama dan Rikel menurut saja, membawa ponselnya pergi dan masih terus semangat bercerita. "Kami mau tinggal disini aja oma, enak banget disini," ujar Tama yang terdengar oleh Bara. "Maafin Tama pa, ma," ucap Bara tak enak hati. Karena terlihat dari raut wajah mama Nania tampak kikuk saat melihat Bizar dan Bira tanpa sengaja berpandangan. "Iya gapapa namanya juga anak-anak dan mereka belum mengerti apa-apa kok," ucap bu Nania sambil tersenyum. Ainel dan Alin sedang bermain bersama Alma di depan televisi, Alma tampak senang walaupun bermain dengan mainan yang seadanya karena memang dirumah Bizar tidak ada mainan anak-anak. "Alma tampak begitu dekat dengan Ainel," ujar bu Nania sambil memperhatikan mereka yang sedang bermain. "Iya ma, kalau lama gak ketemu pun Alma pasti cari-cari Ainel. Panggil-panggil Mama," cerita Bara. "Kapan kalian akan menikah?" tanya Bizar kemudian. "Ainel masih menola