All Chapters of Pengantin Pengganti untuk Sang Majikan: Chapter 61 - Chapter 70

Anaya mengirimkan foto itu kepada Javier dengan keterangan, “Dia bersama seorang pria. Aku tidak sengaja bertemu saat sedang makan siang di restauran x.” Ia berharap foto itu akan membuat Javier melihat sisi buruk Jenn. Bila perlu Javier langsung mengusir Jenn dari rumah sehingga tidak perlu lagi Anaya memikirkan bagimana lagi caranya mendepak Jenn dari kehidupan mereka. Anaya pun kembali melihat Jenn dan Alexander yang terus mengobrol santai sambil menikmati makanan pesanan mereka. Walaupun Alexander memang adalah pria kaya, tapi Anaya merasa akan lebih baik kalau Anaya tidak memiliki hubungan apapun dengan pria kaya, nol relasi. “Jenn, seorang pelayan seperti mu... harusnya tidak begitu beruntung terus diperlakukan dengan baik oleh orang kaya. Aku akan membuat mu dinilai hina, kau harus menjadi rendah seperti yang seharusnya,” gumam Anaya. Di sisi lain, Javier baru saja duduk di kursinya, baru saja kembali dari rapat penting di kantor. Tadinya dia ingin langsung ber

Brak! Javier membanting pintu kamarnya, menutup dengan gerakan yang kasar. Dengan langkah cepat penuh dengan kemarahan, Javier kini tengah menuju ke ruangan kerja pribadinya yang ada di ujung lorong. Begitu sampai di sana, Javier duduk menyandar dengan ekspresi yang penat. Kalimat kalimat yang diucapkan oleh Jenn menggema di kepalanya. “Kenapa rasanya sangat tidak nyaman mendengar semua ucapan Jenn? Wanita yang sebelumnya denganku tidak pernah mengatakan hal semacam itu. Mereka selalu terlihat bahagia dan antusias saat mendapatkan hadiah ataupun uang dariku. Kenapa... kenapa dia justru merasa terbebani saat aku mengatakan akan memberikan hadiah yang lebih bagus dan mahal?” Javier mengusap wajahnya dengan kasar. “Ini cuma pernikahan kontrak. Dia seorang pelayan dan aku adalah majikan. Tapi, kenapa aku merasa sangat aneh dengan diriku sendiri? Aku merasa rendah di hadapan Jenn.” Ia pun mengingat beberapa tahun yang i

Jenn langsung merapatkan bibirnya. Melihat ekspresi Javier yang sangat kesal, sepertinya agak menakutkan kalau Jenn masih mau membuka mulutnya. “Jangan bicara sembarangan. Kalau nanti ada orang yang mendengar, bagimana dengan nama baik Anaya?” ucap Javier tegas. Mendengar itu, Jenn pun memaksakan senyumnya. ‘Nama baik’, lagi-lagi itu alasan yang sangat menyebalkan untuk di dengar. “Oke lah, Tuan. Maaf, saya salah bicara,” ujar Jenn. Anaya hanya menatap dengan segala pemikirannya, tidak ada minat sama sekali untuk banyak bicara sekarang. Orang tuanya masih ada di bawah, siap memberikan masalah dalam hidupnya. “Kak, ayo kita ke bawah! Kita harus bicara dengan mereka, pastikan aku tidak menikah dengan pria yang mereka jodohkan padaku,” ajak Anaya. Mereka pun langsung turun ke bawah, begitu juga dengan Jenn. Sesampainya di rumah tamu, semua orang nampak tegang melihat Javier ada di sana. Nyonya besar tidak banyak bicara sejak tadi, hanya diam, dan mengamati setiap p

Untuk mengusir rasa penat yang dirasakannya, Javier memutuskan untuk keluar rumah. Pergi berolahraga adalah salah satu hal yang cukup meyakinkan karena itu akan benar-benar membuatnya sibuk. Begitu Javier meninggalkan rumah, Jenn yang tidak ingin bertemu dan berurusan dengan Nyonya besar, ia pun masuk ke dalam kamarnya. Dia sempat bingung mau melakukan apa, tapi akhirnya dia penasaran dengan hadiah dari Alexander. Ia mengeluarkan satu kalung berlian yang simple, kecil tapi nyata sekali kesan mahalnya. Jenn memutuskan untuk mengenakan kalung itu sebelum nantinya dia akan menjual kalung itu. “Wah... ternyata cantik juga kalungnya,” gumam Jenn. Dia pun tersenyum senang. Karena terlihat cocok untuknya, Jenn memutuskan untuk memakai saja kalung itu dua atau tiga hari lagi. Jenn yang lama kelamaan mulai merasa bosan akhirnya memutuskan untuk merebahkan diri di atas ranjang. Ia meraih ponselnya, membuka aplikasi novel online kesukaannya, dan mulai membaca lanjutan cerita yan

Perlahan, Jenn membuka matanya. Ia terkejut melihat dirinya ternyata berada di dalam pelukan Javier. “Kenapa begini...?” bisiknya. Jenn terdiam sejenak, masih merasakan hangatnya dada Javier yang terasa asing meskipun sering terjadi namun… entah kenapa membuatnya nyaman. Ia sempat membuka mulut untuk berkata sesuatu, tapi justru terhenti ketika merasakan tepukan lembut di punggungnya. “Tidur lagi saja… aku akan tetap di sini,” ujar Javier pelan, tanpa membuka matanya, seolah takut jika Jenn merasa canggung atau ingin lari darinya. Ah, mungkin lebih tepatnya pria itu masih belum menyadari kalau Jenn sudah bangun. Tatapan Jenn melembut. Ia jarang, bahkan hampir tak pernah melihat sisi Javier pada dirinya yang seperti ini, tenang, melindungi, dan sama sekali tidak penuh bentakan atau tatapan dingin. Jantung Jenn berdegup sedikit lebih cepat. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya… apakah ini hanya karena dirinya sedang sakit, atau… Javier memang orang yang cukup peduli? “Gila. O