Larut malam, pintu gerbang rumah besar itu terbuka pelan. Satpam penjaga menahan tubuh Javier yang limbung, napasnya berat bercampur aroma alkohol yang menyengat. “Tuan Javier... ayo, pelan-pelan,” ujar satpam sambil memapahnya dengan hati-hati. Langkah mereka bergema di lorong sepi. Lampu-lampu temaram hanya menyorot sebagian wajah Javier yang pucat. Dari salah satu kamar, pintu terbuka sedikit, Anaya pun keluar, wajahnya masih menyisakan kantuk, tapi matanya langsung tertuju pada sosok Javier. “Biar aku saja yang bawah Kak Javier,” ucap Anaya cepat sambil menghampiri. “Tidak usah, Nona... Tuan Javier berat sekali. Biar saya saja—” “Aku bilang, biar aku saja yang bawa Kak Javier.” Nada Anaya tegas, meski tangannya sudah terulur untuk memegang baru Javier. Satpam itu sempat ingin membantah, tapi tatapan Anaya membuatnya ragu. Ia akhirnya melepaskan pegangan. “Baik, Nona...” katanya, lalu mundur, meninggalkan keduanya di lorong. Anaya memegang erat lengan Javier. “
Terakhir Diperbarui : 2025-08-10 Baca selengkapnya