All Chapters of Mendapatkan Cinta Sang Taipan: Chapter 41 - Chapter 50

Bagaimana mungkin setelah berada di sini begitu lama, Rachel tidak tahu bahwa ini adalah rumah sakit milik Caden?Dokter yang merawat Rachel berkata dengan nada menenangkan, "Kamu bisa menjenguk nenekmu sebentar, tapi kamu harus segera kembali untuk beristirahat. Kamu hanya perlu dirawat inap satu hari lagi, besok kamu sudah boleh pulang. Dengan begitu, kami juga bisa memberikan laporan yang baik. Selain itu, aku juga memahami kondisi nenekmu. Dia masih belum sadar. Sejak kamu dirawat, Pak Caden sudah menyediakan delapan tenaga medis terbaik yang merawatnya secara bergiliran. Nggak akan ada masalah apa pun. Aku janji kalau aku akan langsung memberitahumu begitu nenekmu sadar."Setelah mendengar ucapan dokter, Rachel sedikit tertegun.Dia tidak menyangka Caden akan mengatur semuanya dengan begitu detail. Pria ini sungguh penuh perhatian.Sejak bertemu dengan Caden, sepertinya pria itu selalu mengatur segala sesuatu dengan sangat rapi. Bahkan tampak tidak pernah peduli apakah Rachel meng

Ketika Rachel menyadari sensasi dari telapak tangan pria itu, dia segera melepaskan tangannya dengan panik.Caden mengambil handuk dengan santai, tanpa merasa canggung sedikit pun.Rachel membuka mulutnya, tetapi sebelum dia sempat berbicara, Caden sudah membawa handuk kembali ke kamar mandi. Beberapa detik kemudian, pria itu keluar dengan handuk hangat yang baru.Pria itu berjalan mendekat di bawah tatapan Rachel. Dia membungkuk, kembali menyeka tubuh Rachel dengan handuk hangat ....Rachel tanpa sadar berkata, "Aku .... Nggak perlu, biar aku melakukannya sendiri."Suara berat Caden terdengar, "Jangan bergerak."Suara pria itu terdengar dalam dan tegas, membuat Rachel tanpa sadar ingin mematuhi kata-katanya.Caden melanjutkan, "Kamu sendiri yang memintaku mengambilkan handuk untuk menyeka tubuhmu. Kenapa sekarang menghindar?"Rachel langsung menggelengkan kepala, lalu membalas, "Bukan begitu, aku pikir kamu Sonya."Nada Caden terdengar makin dingin, "Sonya? Jadi, Sonya bisa melakukann

Di ruang VIP rumah sakit di lantai 23.Gavin bersandar di tempat tidur. Salah satu lengannya digips, serta dipasang penyangga di depan dadanya.Meskipun sudah diberi suntikan penghilang rasa sakit, cedera serius pada tulang dan otot masih mengirimkan gelombang nyeri yang menusuk.Dokter baru saja keluar dari kamar, sementara Mario segera melangkah masuk.Melihat putranya yang terluka, Mario membuka mulutnya, tetapi hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Keluarga kita belakangan ini benar-benar sedang ditimpa kesialan. Masalah terus datang bertubi-tubi. Ibumu baru saja dibawa ke kantor polisi, sementara sekarang lenganmu juga .... Kalau bukan karena aku segera mendatangkan dokter terkenal dari luar negeri, mungkin lenganmu nggak bisa diselamatkan," ujar Mario.Gavin perlahan mengangkat kepalanya, menatap ayahnya, lalu berkata, "Ayah, apakah ini karena keluarga kita sedang sial, atau ada seseorang yang sengaja menyerang kita? Apakah Ayah nggak bisa melihatnya?"Mario memandang putrany

Ternyata begitu.Perawat itu bertanya lagi, "Kalau begitu ... apa aku perlu mencari kesempatan untuk melakukannya di lain waktu?""Tentu saja harus dilakukan. Ayahku sudah bersusah payah mengambil alih Grup Staffor. Meskipun sekarang jumlah sahamnya belum melebihi wanita jalang Rachel itu, tapi dia hanya perlu sedikit waktu lagi untuk bisa membalikkan keadaan. Kalau wanita tua itu bangun sekarang, semuanya akan berubah," balas Yasmin.Wajah Yasmin menunjukkan ketidakpuasan yang jelas.Yasmin menatap perawat itu, lalu berkata, "Pergilah, jangan sampai menimbulkan kecurigaan. Kalau nggak, kamu yang akan menanggung akibatnya.""Baiklah, aku mengerti."Setelah perawat itu pergi, Yasmin berbalik, merapikan pakaiannya, lalu membuka pintu ruang perawatan."Kak Gavin, aku datang untuk menjemputmu keluar dari rumah sakit," ujar Yasmin.Setelah beberapa hari pemulihan, gips Gavin sudah dilepas, tetapi lengannya masih sulit untuk digerakkan.Gavin sedang sibuk melihat dokumen perusahaan. Ketika m

Mobil Maybach berwarna hitam tampak melaju dengan kencang di jalanan Kota Handar.Rachel menginjak pedal gas, sementara matanya fokus mengawasi mobil di depannya.Dia sangat berkonsentrasi, sama sekali tidak menyadari bahwa sosoknya terlihat jelas di mata pria yang duduk di kursi belakang.Caden duduk dengan anggun dan santai di kursi belakang, memperhatikan wanita yang mengemudi dengan kencang di depan. Matanya memancarkan kilatan ketertarikan.Apakah wanita ini tahu bahwa dia tidak hanya merampok mobil, tetapi juga menculik seseorang?Caden menyunggingkan senyum simpul di bibir tipisnya. Mata hitamnya menatap wanita itu tanpa berkedip.Setelah beberapa hari tidak bertemu, Caden menyadari bahwa keinginannya untuk melihat wanita itu jauh lebih kuat dari yang dia bayangkan.Sedangkan wanita di depannya ini seperti orang yang tidak tahu berterima kasih. Dia sibuk dengan urusannya sendiri, selalu bolak-balik antara Akademi Kedokteran, rumah sakit, atau rumahnya sendiri. Dengan kesibukan s