All Chapters of Mendapatkan Cinta Sang Taipan: Chapter 71 - Chapter 80

Pipi Rachel hampir menempel ke dada Caden. Setiap kali dia merasakan rasa aman dari Caden, itu membuatnya merasa malu dan jantungnya berdebar.Dia menarik napas dalam-dalam dan akhirnya memutuskan untuk mengaku.Dia berkata, "Aku ....""Pak Caden, kita sudah sampai!" ucap Trey. Suara Trey tiba-tiba memotong Rachel dan mobil berhenti.Rachel reflek langsung mundur, bergerak ke arah pintu, lalu menyesuaikan napas dan duduk kembali dengan canggung.Caden menyipitkan mata, lalu menatap ke kursi pengemudi dengan tatapan dingin.Trey langsung merasa tubuhnya bergetar.Apa dia salah bicara?Namun, di belakang ini gelap gulita. Suara Rachel terdengar seperti suara kucing kecil, dia bahkan tidak bisa mendengar apa yang Caden katakan padanya.Apakah dia telah mengganggu sesuatu?Trey langsung merasa tidak nyaman, dia tertawa canggung dan berkata, "Um, apa aku harus turun?"Atau ... dia harus guling dari mobil?Caden menatapnya dingin, lalu berkata, "Trey, kamu bisa mempertimbangkan untuk pindah

Ciuman Caden sangat mendesak, seolah ingin menelan seluruh jiwa Rachel.Rachel membelalakkan matanya, tubuhnya terpaku. Seluruh inderanya dipenuhi dengan aroma Caden.Mata Rachel berkilat tajam, otaknya akhirnya bisa mencerna apa yang sedang dilakukan Caden. Dia mengulurkan tangan untuk mendorong tubuhnya, tetapi tubuh Caden tidak bergerak sedikit pun."Caden ... um ..." ucap Rachel.Caden sama sekali tidak mendengarkan, kedua tangannya memegang pipi Rachel dengan erat. Ciumannya makin liar dan mendalam, seolah ingin membuktikan kebahagiaan yang tak terbayangkan karena menemukan kembali seseorang yang telah hilang.Seluruh pikiran Rachel menjadi kacau, tubuhnya terasa kesemutan dan panas karena ciuman Caden. Setiap gerakan kebingungannya dihentikan oleh pria itu, ciuman Caden makin intens, menelan semua perjuangan dan desahannya.Ketika Rachel merasa kepalanya makin panas, barulah Rachel menyadari bahwa dia benar-benar kekurangan oksigen karena ciuman itu. Dia mengulurkan tangannya, be

Langit malam kian larut, waktu telah menunjukkan tengah malam.Saat pintu bangsal perlahan terbuka, Rachel masih tertidur di sisi ranjang.Tadi malam Stella merasa kurang enak badan, karena khawatir, Rachel memutuskan untuk tetap tinggal menemaninya dan tanpa sadar tertidur.Caden berdiri di depan pintu, matanya yang gelap perlahan memantulkan bayangan samar.Langkah panjangnya membawa tubuh tinggi tegap itu makin mendekat. Dalam gelap malam, kehadirannya nyaris tak bersuara, bagaikan seekor hewan buas yang menyelinap di kegelapan.Begitu tiba di sisi ranjang, dia menunduk, menatap wajah Rachel yang sedang terlelap.Wajah perempuan itu putih dan anggun, terlihat bersinar samar di bawah lampu. Bulu matanya panjang dan lentik, menyerupai bulu burung gagak, menebarkan bayangan kecil di pipinya.Melihat Rachel tidur nyenyak, Caden tersenyum tipis.Pandangan matanya lalu jatuh pada bibir perempuan itu.Ia berwarna merah muda dan lembap seperti jeli buah yang berkilau.Tatapan pria itu pun m

Pukul enam sore.Cahaya matahari senja perlahan menyinari bumi. Sementara langit dilukis oleh semburat jingga yang indah, membuat kediaman Keluarga Emilio yang menyerupai istana ini tampak makin megah dan memukau seperti istana dalam dongeng.Di dalam aula perjamuan, para tamu VIP saling bersulang dan berbincang dengan sangat akrab.Rachel mengenakan gaun pesta pendek berhias payet yang sepenuhnya dibuat secara khusus dengan tangan. Riasan di wajahnya terlihat mencolok dan sangat rapi. Saat itu, dia sedang minum sampanye bersama beberapa sahabat perempuannya.Salah satu sahabatnya menggodanya sambil berkata, "Rachel, hari ini kamu kok nggak cari Gavin?"Ekspresi Rachel tampak sedikit canggung, tetapi ia memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, "Dia lagi sibuk, jadi aku nggak mau ganggu dia. Katanya, nanti dia akan menghampiriku."Setelah mengatakannya, dia pun langsung mengalihkan pandangannya karena merasa bersalah.Sebenarnya, karena kejadian di rumah sakit sebelumnya, Rachel ber

Tepat pada saat yang sangat genting itu, tiba-tiba sebuah tangan dengan cepat mencengkeram pergelangan tangan Yasmin!Mata Yasmin langsung menyipit. Saat dia melihat siapa itu, seluruh tubuhnya langsung membeku."Rachel?"Kenapa dia ada di sini?Tatapan Rachel sedingin es. Dengan sedikit tekanan dari tangannya, pergelangan tangan Yasmin langsung terasa nyeri dan vas bunga jatuh ke lantai dengan suara pecah yang nyaring.Perawat itu menatap Yasmin dengan kebencian. Dia berkata, "Sudah kuduga kamu nggak akan berhenti sampai benar-benar menghancurkan segalanya. Yasmin, kamu sekejam dan setega ini, sudah sepantasnya kamu menerima balasannya hari ini!"Yasmin yang masih dicengkeram Rachel tak bisa mengerahkan sedikit pun tenaga.Yasmin menatap dengan penuh emosi. "Lepaskan aku, Rachel."Namun, Rachel tetap tenang. Raut wajahnya dingin tanpa ekspresi dan sorot di matanya seperti es.Tatapannya melirik lutut Yasmin, lalu segera menendangnya, membuat Yasmin langsung jatuh berlutut!"Ah!"Ekspr