All Chapters of Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor: Chapter 81 - Chapter 90

“Sudah Mama duga, istrimu itu memang gak beres,” ujar Nyonya Eliana.Mereka bertiga sudah berada di dalam mobil perjalanan menuju rumah Kenan. Pada akhirnya mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Lea memang telah menjual rumah kediaman keluarga mereka sebulan yang lalu. Sayangnya, Nyonya Eliana, Tuan Eliot dan Kenan tidak mengetahuinya.“Kamu juga, Ma. Kenapa tidak bilang padaku jika memberikan rumah keluarga kita ke Lea?” Kini Tuan Eliot yang berbicara.Nyonya Eliana mendengkus. Dia serba salah dan kesulitan untuk menjelaskan, karena semua yang dilakukan Lea juga karena dipicu olehnya.“Pokoknya aku harus bertemu Lea!! Akan aku hajar anak itu. Dia gak pantas jadi menantuku. Kalau perlu kamu cerai saja, Kenan. Gak sudi aku punya menantu durhaka.”Kenan hanya diam sambil berulang menelan ludah. Ia belum memberitahu jika baru saja menerima surat cerai dari Lea. Bahkan Kenan juga belum menceritakan mengenai perusah

“Semua sudah beres, Tuan. Sesuai dengan yang Anda minta,” ujar seorang pria berkacamata sambil membungkukkan badan.Ghalib yang duduk di depannya sambil menopang kaki hanya tersenyum. Berulang kali ia menganggukkan kepala mendengar laporan anak buahnya.“Lalu bagaimana dengan kasus video porno itu? Apa polisi tidak menyelidikinya?”Pria berkacamata yang tak lain Arifin tersenyum.“Sedang dalam proses, Tuan. Mungkin satu dua hari lagi polisi akan menangkapnya.”Ghalib mengulum senyum sambil menautkan kedua tangannya. Ini semua memang permintaan Lea. Tepat di hari ulang tahunnya kemarin, Lea menyelipkan tiga berkas yang harus ditanda tangani Kenan. Pertama berkas perceraian, kedua berkas pengalihan saham perusahaan dan ketiga berkas pengalihan semua aset kekayaan Kenan. Sedangkan untuk rumah keluarga Kenan, Lea sudah memilikinya lebih dulu.Lea juga yang meminta Ghalib menyebarkan video yang dikirimkan Lisa

Sementara itu Nyonya Eliana dan Tuan Eliot yang berada di rumah Kenan tampak gelisah menunggu kedatangan Kenan.“Pa, Kenan kok belum datang, ya? Jangan-jangan adik Rinto itu kenapa-napa terus pihak rumah sakit menuduh Kenan yang tidak-tidak.”Tuan Eliot yang baru saja selesai menikmati makan malam hanya menghela napas sambil menatap istrinya.“Dia sudah dewasa dan punya banyak kenalan. Harusnya dia bisa mengatasi hal itu, Ma. Sudah, kamu tenang saja.”Nyonya Eliana mengangguk, kemudian memilih duduk di samping Tuan Eliot. Baru saja suasana hening, tiba-tiba Nyonya Eliana kembali mengajukan pertanyaan.“Oh ya, Pa. Kok Lea belum pulang sejak tadi. Aku juga lihat mobilnya terparkir di garasi. Apa dia tidak memakai mobilnya?”“Ma … Lea kan biasa pakai taxi online. Lagian kenapa sih kamu secemas ini?”Nyonya Eliana menghela napas dan menghembuskannya dengan kasar.“Aku kes

“Tuan, Anda mau ke mana sebenarnya? Saya sudah berjalan tak tentu arah sedari tadi.”Suara pria paruh baya membuyarkan lamunan Kenan. Usai keluar dari rumahnya tadi, Kenan kebingungan harus ke mana. Saat ia mendatangi beberapa rumah dan apartemen miliknya, semua sudah berganti kepemilikan dan bukan jadi miliknya lagi.Setega itu Lea padanya. Bahkan mengambil semua miliknya kemudian menjual tanpa sepengetahuannya. Apa mungkin semua yang dilakukan Kenan selama ini pada Lea begitu dalam menyakitinya?“Tuan!!”Panggilan sopir taxi online kembali menginterupsi lamunan Kenan.“Eng … antar ke hotel saja, Pak. Yang dekat rumah sakit Pratama.”Akhirnya Kenan memutuskan mencari hotel saja. Tidak mungkin juga dia datang ke rumah kerabatnya malam ini. Mereka pasti bertanya dan Kenan kebingungan harus menjelaskan dari mana.“Hotel ini, Tuan?”Sopir taxi online itu sudah merapatkan mobil

“TUAN, APA YANG ANDA LAKUKAN?” Seorang perawat tiba-tiba masuk dan memukul lengan Kenan. Kenan terkejut dan langsung melepaskan cekalannya. Tak ayal tubuh Lisa langsung ambruk ke bawah. Perawat itu langsung menolong Lisa. Sedangkan Kenan seperti orang linglung hanya diam menatap Lisa. “Lebih baik Anda pergi dari sini. Atau saya laporkan polisi!!!” ancam perawat itu ke Kenan. Kenan tampak ketakutan dan seketika berjalan keluar ruangan. Ia setengah berlari meninggalkan rumah sakit. Padahal sesaat tadi, dia seperti orang yang tidak takut dihukum. Namun, kenapa kini sangat pengecut. Kenan langsung mencegat taxi dan meminta mengantarnya ke rumah sakit tempat Tuan Eliot dirawat. Rumah sakitnya memang berbeda dan letaknya sedikit berjauhan. Kenan duduk diam di bangku belakang sambil mengatur napasnya. Ia pikir Lisa sudah mati, tapi ternyata kedatangan perawat itu telah menyelamatkannya. “Kenan, kamu baik-baik saja, kan?” tanya Nyonya Eliana. Sejak datang tadi, Kenan hanya diam dan ter