Semua Bab Istri Pengganti: Bab 51 - Bab 60

“Monic, sedang apa kamu di sini.” Bastian menjauhkan tubuh Monic yang saat ini merangkulnya dengan cukup erat. Nadya hanya diam membisu melihat kedekatan Bastian dengan wanita lain. “Aku lagi membeli gaun di sini, Bastian aku sangat senang bisa bertemu lagi denganmu. Terakhir kita bertemu itu saat acara kantor papahku.” Seru Monica ia kembali meraih pergelangan tangan Bastian. Nadya yang melihat merasa geram wanita itu bahkan mengacuhkannya dia tidak menoleh bahkan mempertanyakan keberadaannya. “Monic, saya pergi dulu untuk memilih gaun.” “Hmm.. baiklah.” Akhirnya Bastian pamit pergi ia segera memilih gaun untuk Nadya pakai dia akan mengambil gaun paling bagus yang belum pernah orang lain miliki. Mereka berjalan ke lorong sebelah kanan sementara Monic sudah berlalu pulang lebih dulu. Bastian memilih gaun dan melihat-lihat model pakaiannya, ia melihat satu gaun berwarna gold, terlihat sangat seksi dan bagus sekali di hiasi oleh manik-manik yang berkilau. “Hemm… saya

Setengah jam berlalu Bastian kini tengah menggandeng tangan istrinya menuruni anak tangga. Nadya terlihat sangat cantik menggunakan pakaian yang dipilih oleh Bastian, gaun cantik dengan belahan bagian dada dan bagian paha terlihat sangat indah. Terlebih tubuh Nadya sangat cantik sekali seperti gitar spanyol. Nadya memang kerap berolahraga di GYM, tapi setelah dia menikah dengan Bastian ia menundanya sampai batas waktu yang di tentukan. Mereka masuk ke dalam mobil lalu melaju ke arah tempat tujuan, Nadya sesekali merasa resah gelisah ia tidak tahu harus bagaimana dengan perasaanya. “Tuan, apa saya tidak memalukan memakai pakaian seperti ini?” Tanya Nadya menolehnya. “Jangan khawatir itu hal wajar, lagi pula semua orang yang membawa pasangannya sudah bisa memakai pakaian sepertimu.” Nadya mengangguk ia mengerti walaupun dia takut akan mengacaukan suasana pesta yang di adakan di sebuah hotek ternama, dia tidak mau mempermalukan Bastian di sana. Akhirnya mereka tiba di gedung

Di tengah keramaian dengan alunan musik terdengar nyaring di daun telinga, Bastian tersadar dia tidak melihat keberadaan Nadya. Ia segera pamit undur diri saat berbincang dengan beberapa pengusaha. Dia berjalan ke arah meja di mana Nadya sebelumnya ada di sana, ia celingukan ke sana kemari melihat ke arah banyak tamu undangan. Akan tetapi dia tidak mendapatkan sosok istrinya, ia mencoba untuk tetap tenang berjalan dari sudut ke sudut di tempat itu juga terdapat kolam renang. Banyak sekali tamu Bastian menyelidik satu persatu wanita yang ada di sana akan tetapi dia tidak menemukan sosok istrinya. “Di mana wanita itu! Apa dia marah telah aku tinggalkan.” Bastian bertanya-tanya. Ia berjalan ke arah luar untuk memastikan Nadya berada di sana akan tetapi suasana sangat sunyi sepi tidak ada satu orang satu pun terkecuali satpam yang menjaga keamanan. ”Ke mana dia? Apa Nadya marah karena telah saya tinggalkan.” Batin Bastian ia kembali masuk ke dalam hotel. Perasaannya sangat tergang

Bastian segera mengeluarkan kotak obat membuat Nadya terheran-heran, lalu ia mulai mengambil beberapa yang diperlukan seperti betadine dan kapas setelah itu plester. “Jadi kamu sudah tahu bahwa dia suami orang, berapa lama kamu berpacaran dengannya?” Tanya Bastian kemudian ia mulai mendekatkan diri dan mengoleskan obat pada bagian luka di wajah Nadya. Nadya mengerang ia merasa perih dan kesakitan. Bastian tetap fokus mengobatinya secara perlahan. “Mendekatlah.” Titah Bastian pelan. “Saya berpacaran dengannya kurang lebih 5 tahun, kita sudah merencanakan pernikahan sebelum saya menikah denganmu, Tuan. Dia begitu baik bahkan dia tidak pernah sekasar sekarang. Dia mengancamku untuk memperkosaku jadi saya melawan hingga gaun yang saya pakai di robek olehnya saya di pukul berkali-kali. Dia berpikir obat yang saya minum akan bertahan lama tapi saya segera sadar karena memang saya meminum jus itu tidak terlalu banyak hanya sedikit

“Apa maksudmu? Kenapa Papah ada di rumah sakit jiwa! Kau pasti salah Tuan, Papahku pasti tengah berlibur mana mungkin dia ada di rumah sakit jiwa sementara dia sehat dan tidak gila!” Nadya menyangkal dia tidak percaya bahwa Papahnya berada di rumah sakit jiwa sementara Andara tidak gila sama sekali. Bastian hanya menghela napas berat sambil menatap penuh wajah Nadya, wanita itu menggelengkan kepala dengan raut wajah tidak percaya.“Tuan, kenapa kau diam saja!” Nadya mencekal pergelangan tangan Bastian sambil menggoyangkannya, dia berharap pria itu hanya becanda.Bastian masih belum bergeming dia tidak tahu Nadya akan sesyok seperti ini padahal sebelumnya dia terlihat baik-baik saja. Maka dari itu Bastian mulai berani mengatakan yang semua cerita tentang Andara.“Nadya, Papahmu saya temukan sudah berada di rumah sakit jiwa tempatnya cukup jauh di luar kota. Kau ingat kenapa saya beberapa waktu lalu pulang larut malam? Itu saya pulang dari luar kot