Semua Bab Istri Pengganti: Bab 31 - Bab 40

“Dia sudah berani kurang ajar!” Bastian emosi mengeratkan kepalan tangan dengan tatapan penuh amarah. Nadya berhasil menariknya agar tidak ada kericuhan di antara mereka. Ia tahu kalau sampai Bastian melukai satpam penjaga rumah mungkin reputasinya akan buruk sehingga bisa jadi Mona dan Jeni membuat isu yang tidak-tidak tentang Bastian.“Tuan, kalau sampai kamu memukulnya itu akan menjadi senjata untuk mereka menjatuhkanmu.” Ucap Nadya menatap.Seketika Bastian diam ia baru sadar dan ia segera memalingkan wajah rasanya sangat muak sekali melihat satpam yang menolak mereka secara Nadya pemilik rumah tersebut.“Pak, tolong ijinkan kita masuk, saya anak kandung Papah pemilik rumah ini.” Nadya memohon dengan tatapan penuh harap.Akan tetapi satpam itu tetap tidak mau membukakan pintu gerbang untuk mereka berdua, karena kalau sampai dia berani mengijinkan masuk nasibnya akan buruk karena Mona mengancam untuk memecatnya. “Nyonya, maafkan saya!

Nadya menatap tidak percaya melihat Jeni tengah tertawa melihat kesedihan yang Nadya alami. Ia menggelengkan kepala sambil menatap nanar, Simbok yang ketahuan telah membantu Nadya merasa sangat khawatir atas perlakuan Jeni kepadanya.“Kamu orang tua yang tidak tahu sopan santun, siapa yang menyuruhmu memasukan wanita sialan ini ke rumah! Hari ini juga saya pecat kamu karena telah berani melawan saya.” Mona menekan ia menunjuk ke arah Simbok dengan tatapan marah dengan napas terengah menahan sulut emosi.“Nyonya…”“Tidak apa-apa, kita tidak boleh takut karena ini rumahku saya bukan maling. Simbok tidak bersalah atas kekacauan ini.” Ucap Nadya melindungi Simbok sambil memegang tangannya berdiri menatap mereka berdua.“Kita sudah tahu bahwa kamu menyusup ke rumah ini, jadi setelah kita pergi kau pasti ingin membuka kamarmu. Nadya sungguh sangat di sayangkan kamarmu sudah kosong semua barang-barangmu sudah saya buang jadi jangan pernah datang ke rumah

Satu jam telah berlalu Bastian masih menanti pintu ICU terbuka lebar, ia tidak bisa berkata-kata lagi selain berdoa untuk istrinya sendiri. “Apa yang terjadi! Siapa wanita ini dan kenapa Nadya ada di rumah sakit? Apa kalian kecelakaan?” Tanya Serly menatap Bastian penuh tanda tanya.“Biar nanti Bastian jelaskan, untuk saat ini kita tunggu hasil dari dokter.” Ujarnya. Serly mengerti ia melihat Bastian seperti terpukul akan kehilangan seseorang. Ia kemudian duduk bersama Simbok sambil menggelengkan kepala.Tidak lama Dokter membuka pintu bersama Suster, dengan cekat Bastian segera menghampiri untuk mempertanyakan keadaan Nadya di dalam sana.“Dokter, bagaimana keadaan istriku, apa dia baik-baik saja?” Tanya Bastian cemas.“Tuan, kamu tenang saja semua baik-baik saja hanya saja ada benturan kecil dibagian kepala, Nyonya Nadya. Tapi kalian tenang saja semua akan baik-baik saja, sekarang kita bisa memindahkan pasien ke ruang rawat i

Pikirannya kembali melayang ia masih tercengang melihat kejadian tepat di depan mata kepalanya sendiri. Walaupun mereka sudah putus akan tetapi Nadya masih bertanya-tanya siapa anak dan perempuan yang bersama mantan pacarnya.Pikirannya terus bertanya-tanya, tubuhnya lemas tidak berdaya, napasnya terasa sesak sekali, raut wajah terlihat pucat. Nadya perlahan duduk ia menggelengkan kepala kemudian mengusap air mata tidak terasa menetes begitu saja. “Apa dia punya anak dan istri! Lantas kenapa dia berpacaran denganku.” Batinnya lalu mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya.“Kenapa juga aku harus sedih, seharusnya Leon yang lebih sedih karena aku telah meninggalkannya.” Nadya menoleh ke arah jalanan ia melihat Leon membukakan pintu untuk wanita itu sambil tersenyum mesra. Nadya menghela napas dalam kemudian ia menundukan wajah supaya tidak melihat kedekatan Leon dengan wanita lain.Bastian telah kembali datang membawa

Sorot matanya dan senyum tipis tersirat dari wajah Bastian, pria itu mulai mendekatinya secara perlahan tangan kekar itu mulai meraba tubuhnya. Nadya menelan saliva susah payah ia tidak tahu harus berbuat apa yang jelas dirinya tidak bisa menolak dan memberontak. Padahal dirinya bisa saja mendorong tubuh kekar sang suami akan tetapi tangannya mendadak lemah dan tidak ada kekuatan untuk mendorong. Napasnya terengah saat Bastian mulai mendaratkan kecupannya ke bibir tipis Nadya, sejenak ia hanya diam tidak ada pergerakan sama sekali. Bastian terus menyerangnya menikmati setiap sentuhannya ia langsung meraih buah delima dengan sangat ganas hingga Nadya mengeluarkan suara lenguhan.Tok… tok…Suara ketukan pintu Bastian terperajat kaget ia mulai membuka mata dan tentu saja ia hanya bermimpi. Kegiatan singkat itu ternyata hanya dalam mimpi.Ia mulai memijat kening Bastian melihat jam dipergelangan tangan menunjukan pukul sebelas mal