All Chapters of Menikahi Om Mantan Pacarku: Chapter 21 - Chapter 30

Sebulan kemudian…Akhir-akhir ini Sheina ingin sekali sesuatu, kerap kali ia meminta dengan Rayden atau pun bibi di rumah ini. Kali ini Sheina ingin sekali memakan asinan buah, rasanya sangat segar sekali ketika masuk ke mulutnya. Hanya membayangkan saja membuat Sheina ngiler.“Bibi ada buah gak di kulkas?” tanya Sheina ketika sudah berada di dapur.“Ada, Non. Non mau buah apa?” tanya Bi Sari dengan sopan.“Aku mau buat asinan buah, Bi. Rasanya seger banget makan asinan,” ujar Sheina dengan tersenyum.“Mau Bibi buatkan, Non?” tanya Bi Sari.Sheina tampak berbinar, ia langsung mengangguk setuju saat bi Sari ingin membuatkan asinan untuk dirinya. “Yang pedas ya, Bi.” pinta Sheina yang diangguki oleh bi Sari.“Iya, Non.”Sheina begitu senang akhirnya bisa memakan asinan nantinya, rasanya sudah tidak sabaran tapi Sheina harus menunggu lumayan lama.“Mas,” panggil Sheina saat melihat Rayden turun dari tangga.“Ada apa?” tanya Rayden yang mengernyitkan dahinya saat melihat Sheina ada di da

Keadaan Sheina sudah terlihat membaik setelah di infus, bahkan wajahnya terlihat lebih segar dari yang sebelumnya tampak pucat. Bahkan Rayden sama sekali tidak beranjak dari tempatnya, ia setia menemani Sheina. Entah karena khawatir dengan keadaan Sheina atau khawatir jika terjadi sesuatu dengan kandungan Sheina saat ini.“Perut kamu masih sakit?” tanya Rayden menatap Sheina yang sedang ia suapi bubur.Sheina menggelengkan kepalanya. “Sudah gak sakit lagi, Pak.” sahut Sheina dengan tersenyum.Dua kali Sheina merasa sakit perut dan Rayden menemaninya ke kamar mandi yang membuat Sheina malu setengah mati karena ia sedang buang hajat. Namun, Rayden tak mau meninggalkannya sedikitpun padahal lelaki itu bisa menunggunya di luar.Sedangkan Rayden, ia terlalu waspada dengan keadaan Sheina. Ia tidak peduli jika harus menemani Sheina di dalam kamar mandi daripada Sheina pingsan di dalam dan ia terlambat menolong.“Kalau tahu kamu hamil saya akan melarang bi Sari untuk membuat asinan yang pedas

Intan tak suka mendengar kabar kehamilan Sheina, ia semakin yakin jika warisan itu akan lebih banyak diberikan pada Rayden nantinya. Karena Intan merasa kedua mertuanya tidak menyukai dirinya, apalagi mereka tak pernah dekat seperti menantu dan mertua pada umumnya. Intan tidak suka bertemu dengan mama mertuanya yang menurutnya selalu banyak menuntut agar dirinya sering di rumah dan mengurus Rendra. Ia malas disuruh ini dan itu, ia tidak ingin pusing mendengar omelan Mona nantinya. “Kamu dengar sendiri kan Mas kalau Rayden sebentar lagi akan mempunyai anak. Kamu gak takut semua warisan itu jatuh ke tangan anak Rayden karena selama ini orang tua kamu selalu membanggakan Rayden?” ucap Intan mengompori suaminya. Rendra yang baru saja terlelap akhirnya terpaksa membuka matanya kembali karena suara Intan yang sangat berisik menurutnya, padahal ia sudah sangat mengantuk sekali. Apalagi Intan tidak mau melayaninya sudah seminggu ini yang membuat Rendra kesal, namun ia enggan untuk ribut

Usia kehamilan Sheina sudah memasuki minggu ke delapan. Ia merasa sudah ada perubahan pada bentuk tubuhnya, terutama pada bagian dadanya.Dan pagi ini Sheina benar-benar lemas karena morning sickness yang ia rasakan. Namun, ia sangat ingin memakan mie ayam bahkan membayangkan saja sudah membuat dirinya ngiler.“Pak saya mau mie ayam,” ucap Sheina menatap Rayden yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya.Rayden menatap jam di tangannya, jika ia membelikan mie ayam untuk Sheina maka ia akan terlambat dan meeting ini juga sangat penting, tetapi jika tidak menuruti keinginan wanita hamil itu, ia juga merasa bersalah.“Bibi yang belikan ya. Saya tidak sempat lagi, pagi ini ada meeting yang sangat penting,” ucap Rayden.Sheina menggelengkan kepalanya. Ia sangat ingin makan mie ayam di tempatnya langsung, Sheina tidak ingin makan di rumah. “Pengen makan di tempatnya langsung. Saya pergi sendiri saja ya, Pak. Saya akan mengajak bi Sari kok,” ujar Sheina dengan memelas.Rayden menatap Sheina ya

Mendengar kabar Sheina diculik membuat Rayden langsung menyuruh anak buahnya untuk mencari keberadaan istrinya. Ia sangat khawatir dengan keadaan Sheina saat ini, seharusnya ia tidak membiarkan Sheina keluar sendirian tanpa pengawasan darinya.“Bagaimana, apakah kalian sudah mengetahui keberadaan istri saya?” tanya Rayden dengan tajam.Gelisah, marah, dan khawatir itulah yang Rayden rasakan saat ini. Tangannya terkepal dengan sangat erat, ponsel Sheina sudah tidak bisa dilacak, terakhir kali posisi Sheina ada di warung mie ayam. Setelah itu Rayden tidak dapat lagi melacak ponsel wanita itu yang membuat Rayden benar-benar khawatir dengan keadaan istrinya.“Belum, Tuan. Penculik nona Sheina sangat pandai menghilangkan jejak mereka sehingga kami kesulitan untuk melacaknya. CCTV juga tidak bisa melihat siapa mereka karena semua memakai penutup wajah, plat mobil mereka juga palsu, Tuan.” jelas anak buah Rayden yang membuat Rayden geram.Siapa yang berani menculik istrinya? Rayden mencuriga