Marina menoleh sedikit, tetap tersenyum. “Maaf, Opa. Tapi saya hanya meneruskan yang dulu diajarkan mendiang Oma. Saya punya tanggung jawab untuk menurunkannya juga pada menantu saya.”Sambil berkata demikian, Marina menunduk sopan pada ayah mertuanya, gerak tubuhnya tetap penuh hormat, tapi Isvara tahu, kalimatnya bukan untuk meminta izin. Itu penegasan.Isvara menunduk, merasakan tengkuknya mulai hangat. Namun, dia tidak bicara. Tangannya tetap bekerja, menyendok nasi, menyajikan semur lidah, dan meletakkannya ke atas piring Alvano dengan hati-hati. Isvara lalu duduk kembali, berusaha menjaga ekspresi setenang mungkin. Lalu melirik ke suaminya. “Kamu mau tambah–”Belum sempat kalimat itu selesai, suara halus tapi tegas dari seberang meja kembali memotong.“Isvara.”Dia menoleh cepat. Salah satu tante Alvano, yang berpakaian serba pastel dengan bros bermata zamrud di dadanya, menatap dengan senyum kecil.“Biasanya, kami memanggil suami dengan sapaan ‘Mas’, ‘Abang’, atau ... sesuatu y
Last Updated : 2025-07-27 Read more