Alvano tidak menunggu lama. Begitu sambungan telepon tersambung, dia langsung bicara cepat, penuh tekanan. “Dok, tolong datang sekarang juga. Isvara kram perut. Saya butuh dokter ke penthouse, segera.”Suara di seberang, dokter Ratna, terdengar sigap. “Tenang, Pak Alvano. Saya berangkat sekarang. Tolong baringkan Ibu Isvara, jangan biarkan banyak bergerak. Kompres hangat bisa membantu sementara.”Alvano menutup telepon, wajahnya tegang, lalu kembali ke samping Isvara. “Ra, dengar. Dokter Ratna sebentar lagi datang. Kamu tenang dulu, ya? Jangan banyak gerak.”Isvara mengangguk lemah. Napasnya masih tidak teratur, tangannya memegang perut erat-erat. “Mas, maaf … aku nyusahin terus …”“Jangan pernah bilang gitu lagi,” potong Alvano cepat. “Kamu nggak pernah nyusahin aku.”Sekitar tiga puluh menit kemudian, bel apartemen berbunyi. Alvano sendiri yang membuka pintu, dan Ratna masuk dengan tas medis besar.“Di mana Ibu Isvara?” tanya Ratna singkat.“Di kamar, Dok,” jawab Alvano cepat, lalu m
Last Updated : 2025-09-17 Read more