Pagi ini, Isvara sudah duduk di kursi kantornya, membuka laptop dengan tatapan sedikit kosong. Sebetulnya Alvano sempat melarangnya bekerja, menyuruhnya istirahat di rumah. Namun, dia tahu, kalau hanya berdiam diri di rumah besar yang sepi–ditemani Wati dan dua pengasuh sementara si kembar sekolah–dia justru akan semakin tertekan. Bekerja, setidaknya, bisa sedikit mengalihkan pikirannya dari cemas yang menumpuk.“Nona Isvara,” suara Lita, memecah konsentrasi. “Hari ini kita ada meeting lagi dengan Pak Rangga. Kira-kira dijadwalkan jam berapa?”Isvara sempat terdiam. Matanya menatap layar laptop, tapi fokusnya buyar. Sejak pagi perut bagian bawahnya terasa seperti diremas, nyeri yang tidak biasa. Bukan sekadar pegal, melainkan kram menusuk sampai ke punggung bawah. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan ekspresi.“Jam … jam dua siang saja, Lita. Setelah makan siang,” sahut Isvara akhirnya.“Baik, Nona.” Lita mencatat cepat, lalu keluar dari ruangan Isvara.Menjelang pukul dua,
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-08 อ่านเพิ่มเติม