“Itu Pak Rangga.” Suara Isvara terdengar datar, berusaha biasa saja.“Oh, yaudah. Aku matiin video call-nya.”Klik. Sambungan terputus begitu saja.Isvara memandangi layarnya yang kini gelap, lalu menarik napas panjang. “Dewasa, tapi kadang kayak anak kecil,” gumamnya sambil menggeleng kecil. Dia tahu betul nada itu, versi Alvano kalau sedang merajuk tapi gengsi untuk mengaku.Lita yang sedari tadi masih berdiri tampak bingung. “Maaf, Nona, saya ganggu, ya?”“Nggak, kok. Duduk, Lita.”Isvara lalu menatap pria yang baru datang. “Pak Rangga, silakan duduk juga. Terima kasih, ya, udah sempat datang ke sini.”Rangga tersenyum sopan lalu duduk di sofa, bersebelahan dengan Lita. “Ah, tidak apa-apa, Mbak. Sekalian saya bawa draft revisi kerja sama terbaru dengan Mahavira Agency. Tadi Lita bilang Mbak belum sempat tanda tangan.”“Oh iya, maaf banget, Pak. Belum sempat saya urus, soalnya masih dirawat,” ujar Isvara pelan, terdengar sedikit menyesal.Rangga menggeleng santai. “Tidak masalah, Mba
最終更新日 : 2025-10-11 続きを読む