Alvano yang berada di atasnya langsung merasakan perubahan itu. Gerakannya terhenti mendadak, wajahnya menunduk penuh cemas. “Cantik? Kamu sakit?”Isvara buru-buru menggeleng, meski pelipisnya basah oleh keringat dingin. “Nggak … cuma terlalu intens mungkin, Mas,” suaranya lirih, tapi matanya memohon agar jangan ditinggalkan di tengah jalan.Alvano menatapnya, rahangnya mengeras, napasnya memburu. Untuk sesaat dia hampir menghentikan semuanya. Namun, tatapan istrinya yang memohon, tubuhnya yang bergetar menahan, membuat pertahanannya runtuh.Dia kembali bergerak, kali ini lebih hati-hati, tapi tetap dengan ritme yang berat dan dalam. Setiap dorongan terasa semakin sulit dikendalikan, membuat suara Isvara pecah jadi erangan panjang yang menggema di kamar.Tubuh Alvano tegang, setiap ototnya menjerit, tanda bahwa dirinya sudah berada di ujung batas. Nalurinya ingin tenggelam sepenuhnya dalam tubuh istrinya, menyatu tanpa sisa. Namun suara Isvara sebelumnya–peringatan agar tidak kebablasa
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-02 อ่านเพิ่มเติม