Beberapa saat berlalu dalam kesunyian yang tegang. Ambarani bisa merasakan tatapan Kuncoro yang masih terasa membakar kulitnya, meski pria itu sudah berbaring dan berpura-pura tidur. Pikirannya berputar-putar, dihantui pertanyaan: Apa dia melihat yang dilakukannya barusan?Akhirnya, Ambarani mengambil keputusan. Daripada dibayangi kecemasan, lebih baik ia menghadapinya langsung.“Kuncoro,” panggilnya, suaranya sengaja dibuat ringan, mencoba mencairkan udara yang beku. “Kau masih terjaga?”Kuncoro menghela napas, tahu bahwa pura-purunya sudah diketahui. “Iya,” jawabnya singkat, tanpa menoleh.“Aku tidak bisa tidur,” tambah Ambarani, berpura-pura merapikan selimutnya. “Pikiranku ke mana-mana. Maukah kau menemaniku mengobrol sebentar?”Kuncoro akhirnya duduk, membungkus diri dengan selimutnya. “Mau mengobrol tentang apa?”Ambarani mengambil jeda, seolah memilih topik dengan acak. “Tadi... saat kau bilang kau ingin membawa Indah ke desamu. Sepertinya kau sangat peduli padanya. Sudah bera
최신 업데이트 : 2025-08-22 더 보기