Maia menunduk, tubuhnya gemetar. Dengan suara parau ia akhirnya berkata pada sipir di hadapannya, “Aku… menyerah. Katakan pada Diego, aku setuju ikut dengannya.”“Tapi satu hal. Jangan sentuh keluargaku. Itu syaratku.”Sipir itu menatap datar, lalu mengangguk tipis, “Baik. Aku akan sampaikan.” Tanpa sepatah kata lagi, ia meninggalkan ruangan interogasi.Hening kembali menyelimuti. Maia terduduk di kursinya, menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Air matanya jatuh deras, membawa rasa pahit dari kekalahannya sendiri.*Beberapa jam setelah itu, malam di penjara mendadak berguncang. Terjadi ledakan keras yang memecah keheningan, tepat di sebelah sel tempat Maia ditahan. Dinding bergetar hebat, api menyembur dari celah-celah besi. Jeritan panik membahana, asap tebal segera memenuhi lorong-lorong.Maia tersentak, terlempar ke lantai. Panas menjilat kulitnya, telinga berdengung, “Astaga…” desisnya, berusaha bangkit di tengah kekacauan.Tubuh-tubuh terpanggang di balik jeruji, jeritan re
Last Updated : 2025-09-05 Read more