"Beri aku alasan agar aku tidak semakin marah dan membunuhmu."Kalimat Diego itu singkat padat jelas. Di satu sisi, dia masih marah sekali pada insiden hancurnya markas di Texira.Dan di sisi lain, ia masih menyimpan kesal pada Luna yang lancang bergerak tanpa perintah, ditambah membunuh Phantom juga.“Alasan?” Luna terkekeh pelan, tapi tawanya hambar, penuh getir, “Jangan membalikkan keadaan padaku, Diego. Kau yang seharusnya memberi penjelasan. Kau menutup-nutupi sesuatu dariku selama ini, dan kau kira aku tidak akan tahu?”Suara Diego berat, terkontrol, tapi dingin seperti baja, “Kau sudah kelewatan, Luna. Kau bergerak tanpa izin. Menghancurkan rantai yang kususun. Dan parahnya… kau singkirkan Phantom. Kau tahu apa akibatnya?”“Phantom?” Luna mendengus, matanya menyipit tajam meski Diego tak bisa melihatnya langsung, “Aku tidak peduli pada bajingan itu. Yang membuatku muak adalah… kau, Diego. Kau! Dengan segala rahasia busukmu.”Diego diam sesaat. Suara napasnya berat, menahan amar
Terakhir Diperbarui : 2025-09-10 Baca selengkapnya