Nio menarik napas panjang, sebelum akhirnya menjawab, “Karena aku tahu kau merindukan keluargamu, Tuan. Dan aku yang membawakan putrimu kembali padamu. Anggap saja ini sebagai awal hubungan baru… yang saling menguntungkan.”Ucapan itu membuat Tuan Yakuza terdiam. Ia menatap Sarah beberapa saat, lalu kembali pada Nio. Sorot matanya kini lebih sulit dibaca antara marah, terkesan, dan penasaran.“Aku akan berpikir,” katanya akhirnya. “Tapi ingat, Ethan… sekali kau membuatku kecewa, tidak akan ada lagi negosiasi.”Nio mengangguk sekali, lalu melangkah mundur. “Itu risiko yang sudah kupahami sejak awal.”Udara di ruangan masih terasa berat, tapi ketegangan sedikit mereda. Sarah menghela napas lega, walau dalam hati ia masih khawatir karena ia tahu, ini baru permulaan dari permainan yang jauh lebih berbahaya.***Pagi pun tiba, aroma kopi hitam memenuhi ruang tamu rumah besar Tuan Yakuza. Nio duduk santai di kursi panjang, menyandarkan
Terakhir Diperbarui : 2025-08-10 Baca selengkapnya