Kota Astavita tidak pernah tidur. Di antara gedung-gedung pencakar langit dan jalanan yang menyala oleh lampu-lampu neon, kehidupan berjalan cepat, sibuk, dan penuh bunyi. Tapi malam itu, sesuatu yang tak terlihat melintasi langitnya lebih dingin dari udara, lebih sunyi dari kematian. Bulan purnama menggantung sempurna di atas langit. Dan pada pukul 03.33 dini hari, seluruh penduduk kota yang sedang tertidur mengalami mimpi yang sama. --- Dalam mimpi itu, mereka semua berdiri di tengah gurun putih. Angin berdesir, namun tidak terasa. Langitnya kelabu, tanpa matahari. Di hadapan mereka, terbentang sebuah gerbang batu, besar dan retak di sisi-sisinya, tertulis angka VI dalam huruf Romawi. Di depan gerbang itu berdiri sosok berjubah hitam tinggi dan kurus, wajahnya tertutup topeng tanpa ekspresi. Sosok itu mengangkat tangan kanannya dan berkata: “Kalian telah melupakan kami. Dan kini, keseimbangan telah runtuh.” Seketika, gurun itu terbelah dua. Dari sisi kanan muncul lautan api,
Terakhir Diperbarui : 2025-07-25 Baca selengkapnya